Selasa, 16 November 2010

laporan oceanography

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dengan potensi sumber daya terutama perikanan laut yang cukup besar baik dari kualitas maupun elevensitasnya, selain itu Indonesia tetap berhak untuk berpatisispasi diluas batas 200 mil dan ZEE, serta pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam dasar laut perairan internasional di luar batas kontinen (Prajitno, 2009).
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu yang lain termasuk didalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physic), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology), dan ilmu iklim (meterology) (Hutabarat dan Evans, 2008).
Oseanografi berasal dari bahasa Yunani, oceanos yang berati laut dan graphos yang berati gambaran atau diskriptis secara sederhana, oceanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau diskripsi tentang laut (Wikipedia, 2009).

1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pratikum oseanografi yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor kualitas air seperti pH, suhu, salinitas, kecerahan, sifat optis air, gelombang, serta pasang surut.
Tujuan dilaksanakan praktikum oseanografi yaitu agar mahasiswa dapat melaksankan pengukuran kualitas laut baik dari parameter fisika dan parameter kimia.

1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum oseanografi dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 22 Mei 2010, pada pukul 07.00 - 17.00 WIB. Di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perairan Laut
Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni (Subagio, 2010).
Lingkungan laut selalu berubah atau dinamis. Cepat atau lambat perubahan itu sama-sama mempunyai pengaruh, yakni kedua sifat perubahan tersebut akan mengubah intensitas faktor-faktor lingkungan. Perubahan apapun yang terjadi akan baik bagi suatu kehidupan dan buruk bagi kehidupan yang lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan di laut diantaranya faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan maupun air, salinitas, suhu dan cahaya (Rumimohtarto, 2009).

2.2. Parameter Fisika
2.2.1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas terhadap ikan-ikan atau biota akuatik. Suhu dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan berperan secara langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen kualitas air lainnya mempengaruhi kualitas akuatik. Temperatur air mengendalikan spawning dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan, menyebabkan air menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak. Temperatur air juga mempengaruhi berbagai macam reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik (Sovisa, 2009).
Menurut Nontji (1987), suhu air permukaan di perairan nusantara kita umumnya berkisar antara 28 - 31oC. Suhu air didekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi daripada yang di lepas pantai.
Peningkatan suhu perairan mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan valurisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan gas di dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya (Hassam Efendi, 2009).


2.2.2. Kecepatan Arus
Arus adalah gerakan mengalir suatu massa air ke arah tertentu. Arus ini bisa sehangat 30oC atau sedingin -2oC, tergantung darimana air tersebut berasal, dan lebar arus bisa lebih dari 60 km. Sebagian besar arus bergerak dengan kecepatan 10 km per hari, meskipun untuk beberapa jenis arus dapat bergerak lebih cepat. Arus membawa banyak sekali air ke seluruh penjuru bumi, mempengaruhi dan membantu mengatur iklim. Arus terdapat di permukaan maupun di samudera yang dalam. Arus mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal (Kurniawan et,al., 2009).
Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerakan ke atas) maupun secara horisontal (gerakan ke samping). Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut, sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut (Hanafi, 2009).


2.2.3. Kecerahan dan Sifat Optis Air
 Kecerahan
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapiran-lapisan manakah yang paling keruh, yang agak keruh dan yang paling keruh (Kordi dan Andi, 2007).
Faktor kecerahan ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi, berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula (Dedi, 2009).
 Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, hal ini berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang terbentuk. Cahaya yang tiba di permukaan air sebagian akan dipantulkan, sebagian akan diteruskan. Pada permukaan laut yang bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamparkan, sinar yang diteruskan sebagian akan diabsorbsi air (Naylor, 2002).
Kekeruhan menggambarkan sifat optis air yang ditentukan berdasarkan benyaknya cahaya yang diserap oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (Ansori, 2010).

2.2.4. Pasang Surut
Pasang surut adalah gerakan naik turunnya permukaan laut (sea level) secara periodik yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik menarik dari benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air bumi (Kurniawan et,al., 2008).
Pasang surut air laut (ocean side) merupakan bentuk gerakan air laut yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Hal ini didasarkan pada bunyi hukum yaitu “dua benda akan terjadi saling tarik menarik dengan kekuatan yang berbanding terbalik dengan pagkat dua jaraknya”. Berdasarkan hukum tersebut berarti makin jauh jaraknya makin kecil daya tariknya, karena jarak dari bumi ke matahari lebih jauh daripda jarak ke bulan. Maka pasang surut permukaan air laut lebih banyak dipengaruhi oleh bulan (Hanafi, 2009).

2.2.5. Gelombang
Gelombang laut atau ombak merupakan gerakan air laut yang paling umum dan mudah diamati. Helmoles menerangkan prinsip dasar terjadinya gelombang laut sebagai berikut, “jika ada dua massa benda kerapatannya (densitasnya) bergesekan satu sama lain, maka pada bidang gerakannya akan terbentuk gelombang”. Gelombang terjadi karena beberapa sebab, antara lain angin, menabrak pantai, atau gempa. Berdasarkan gerakan permukaannya, gelombang dapat dikelompokkan sebagai berikut: gerak osilasi, gerak transiasi, gerak swash dan back swash (Hanafi, 2009).
Menurut Hutabarat dan Stewart (2008), gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daeah-daearah pantai.

2.3. Parameter Kimia
2.3.1. pH
pH adalah cerminan dan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus umum pH=-log (H+). Air murni terdiri dari ion H+ dan OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasa. Makin banyak ion OH- dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah pH dan cairan tersebut bersifat asam (Andayani, 2005).
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dan pH alami akan membeerikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5 (SMK Negeri 3 Kimia Madiun, 2009).

2.3.2. Salinitas
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida diterapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam garam ion klorida pada 1 kg air laut jika semua halogen digantikan kandungan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida (Kurniawan et.al, 2008).
Di perairan samudera, salinitas biasanya berkisar antara 34-35o/oo. Di perairan pantai terjadi pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi (Nontji, 1987).

2.3.3. DO (Dissolved Oxygen)
Menurut Kordi dan Andi (2007), oksigen adalah salah satu jenis gas yang terlarut di dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu menempati urutan kedua setelah nitrogen. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga apabila ketersediaannya di dalam air tidak mencukupi kehidupan biota budidaya, maka segala aktivitas biota akan terhambat.
Oksigen adalah salah satu unsur kimia penunjang utama kehidupan. Dalam air laut, oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan untuk menguraikan zat organik oleh mikroorganisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu perairan akan menyebabkan organisme dalam perairan tersebut tidak dapat hidup dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut (Hutagalung et.al, 1985).

3. METODOLOGI

3.1. Alat dan Fungsi
3.1.1. Parameter Fisika
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Oseanografi beserta fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Suhu
• Thermometer: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur suhu perairan dalam skala °C (derajat Celcius).
• Stopwatch: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur waktu selama 2-3 menit ketika thermometer dimasukkan ke dalam perairan.
b. Kecerahan
• Secchi disk: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.
• Tongkat skala 2,5 m: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur panjang tali pada secchi disk.
• Karet gelang: sebagai alat yang digunakan untuk menandai nilai besaran D1 dan D2.
c. Pasang surut
• Tide staff: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian saat pasang.
d. Gelombang
• Tongkat skala 2,5 m: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketnggian puncak dan lembah gelombang.
• Stopwatch: sebagai alat yang digunakan untuk menghitung selang waktu antara puncak gelombang 1 sampai puncak gelombang 2.
e. Kecepatan arus
• Botol plastik 600 ml: sebagai alat yang digunakan untuk pelampung dan pemberat.
• Tali raffia: sebagai alat yang digunakan untuk penghubung antara kedua botol dan penentu jarak.
• Stopwatch: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan untuk meregangkan tali secara sempurna.
f. Sifat optis air
• Secchi disk: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.
• Tongkat skala 2,5 m: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur panjang tali pada secchi disk yang ditandai sebagai D1 dan D2.
• Jam : sebagai alat yang digunakan untuk menghitung waktu pengukuran kecerahan 1 dan 2 dengan selisih waktu 1 jam
• Karet gelang: sebagai alat yang digunakan untuk menandai nilai besaran D1 dan D2.

3.1.2. Parameter Kimia
a. pH
• Kotak standart pH: sebagai alat yang digunakan untuk membandingkan warna dengan warna yang tertera pada kertas pH sehingga diketahui nilai pH perairan.
b. Salinitas
• Refraktometer: sebagai alat yang digunakan untuk mengukur salinitas perairan.
• Pipet tetes: sebagai alat yang digunakan untuk mengambil dan meneteskan air sampel ke prisma refraktometer.

c. DO (Dissolved Oxygen)
• Botol DO: sebagai alat yang digunakan untuk wadah air sampel dan tempat pencampuran larutan.
• Water sampler: sebagai alat yang digunakan untuk membantu pengambilan air sampel pada kedalaman tertentu.
• Pipet tetes: sebagai alat yang digunakan untuk mengambil dan memindahkan larutan kimia dalam jumlah sedikit.
• Buret: sebagai alat yang digunakan untuk menampung larutan titran pada saat titrasi.
• Statif: sebagai alat yang digunakan untuk menyangga buret pada saat titrasi.
• Corong: sebagai alat yang digunakan untuk memudahkan dalam memasukkan larutan titran ke dalam buret.


3.2. Bahan dan Fungsi
3.2.1. Parameter Fisika
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Oseanografi beserta fungsinya sebagai berikut:
a. Suhu
• Tali raffia: sebagai bahan yang digunakan untuk pegangan thermometer agar tidak mengalami kontak langsung dengan tangan.
• Air laut: sebagai bahan yang digunakan untuk objek yang diukur suhunya.
b. Kecerahan
• Karet gelang: sebagai bahan yang digunakan tanda pada tali secchi disk sebagi D1 dan D2.
• Air sampel: sebagai bahan yang digunakan untuk objek yang diukur kecerahannya.
c. Pasang surut
• Air sampel: sebagai bahan yang digunakan untuk media/objek yang diukur pasang surutnya.

d. Gelombang
• Air sampel: sebagai bahan yang digunakan untuk media/objek yang diukur gelombangnya
e. Kecepatan arus
• Tali raffia: sebagai bahan yang digunakan untuk bahan yang digunakan untuk pemberi jarak pada botol pemberat dan pelampung sebesar 30 cm dan jarak sepanjang 5 meter.
• Air laut lokal: sebagai bahan yang digunakan untuk mengisi salah satu botol sebagai pemberat dan yang diukur kecepatan arusnya.

3.2.2. Parameter Kimia
a. pH
• Kertas pH: sebagai bahan yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman-kebasaan) perairan.
• Air laut: sebagai bahan yang digunakan untuk objek yang diukur pH-nya.
b. Salinitas
• Tissue: sebagai bahan yang digunakan untuk membersihkan kaca optic pada refraktometer.
• Aquadest: sebagai bahan yang digunakan untuk mangkalibrasikan kaca optik pada refraktometer.
• Air laut: sebagai bahan yang digunakan untuk objek yang diukur salinitasnya.
c. DO
• MnSO4: sebagai bahan yang digunakan untuk mengikat oksigen.
• NaOH+KI: sebagai bahan yang digunakan untuk menbentuk endapan coklat dan melepaskan I2.
• H2SO4: sebagai bahan yang digunakan untuk mengencerkan endapan dan pengkondisian asam.
• Amilium: sebagai bahan yang digunakan untuk mengkondisikan basa dan indicator warna ungu serta melepas I2.
• Na-thiosulfat: sebagai bahan yang digunakan untuk larutan titran.
• Air sampel: sebagai bahan yang digunakan untuk objek yang diukur kadar DO-nya.


3.3. Skema Kerja
3.3.1. Parameter fisika
a. Suhu

Dimasukkan thermometer ke dalam perairan dengan membelakangi matahari
Ditunggu 3 menit hingga air raksa pada thermometer berhenti pada skala tertentu
Diangkat thermometer dari perairan
Dibaca skala pada thermometer dengan cepat agat tidak terkontaminasi dengan suhu di darat
Dicatat hasilnya



b. Kecerahan

Ditenggelamkan secara perlahan hingga tidak terlihat pertama kali
Ditandai dengan karet sebagai D1
Ditenggelamkan lagi hingga benar-benar tidak nampak
Diangkat secchi disk secara perlahan hingga tampak pertama kali
Ditandai dengan karet sebagai D2
Diukur panjang tali dengan menggunakan tongkat skala sebagai D1 dan D2
Dihitung dengan rumus kecerahan D=



c. Pasang surut

¬Dipasang pada daerah pasang surut yang msih terendam air pada saat surut terendah
Dicatat tinggi permukaan air pada tide staff sebagai tinggi permukaan mula-mula t0 (cm)
Dicatat tinggi permukaan air setelah 1 – 2 jam sebagai t1 (cm)
Dihitung kecepatan pasang surut dalam selisih kedua hasil pengukuran



d. Gelombang
• Tinggi gelombang

Ditancapkan tongkat skala dalam air
Diukur tinggi gelombang dengan cara dilihat langsung oleh praktikan
Diulangi pengukuran sebanyak 3 kali



• Periode gelombang

Ditancapakan tongkat skala dalam air
Diukur waktu yang diperlukan antara puncak gelombang 1 dengan gelombang 2
Diulangi pengukuran sebanyak 3 kali


e. Kecepatan arus

Dikaitkan tali raffia sepanjang 5 meter pada 2 botol plastik
Dimasukkan air lokal pada salah satu botol hingga penuh sebagai pemberat
Dialirkan / dihanyutkan kedua botol plastik mengikuti arus hingga tali menegang sambil diukur dengan stopwatch
Dihitung kecepatan arus dengan rumus: v = s/t


f. Sifat optis air

Dimasukkan ke dalam perairan hingga tidak terlihat pertama kali
Ditandai bagian tali pada permukaan dengan karet sebagai D1
Ditenggelamkan lagi secchi disk perlahan-lahan hingga benar-benar tidak terlihat
Diangkat secchi disk secara perlahan hingga terlihat pertama kali ditandai sebagi D2
Diukur D1 dan D2
Dihitung nilai kecerahan dengan rumus



3.3.2 Parameter kimia
a. pH

Dicelupkan ke dalam air
Didiamkan selama kurang lebih 1 menit
Diangkat dari perairan
Dikibaskan sampai setengah kering
Dicocokkan warna pH paper pada kotak standart
Dicatat nilai pH-nya


b. Salinitas

Dibuka tutup refraktometer
Dikalibrasi dengan aquadest
Dikeringkan dengan tissue secara satu arah
Ditetesi air sampel kurang lebih 2-3 tetes
Ditutup tutup refraktometer
Diarahkan ke cahaya
Dilihat skala pada pojok kiri refraktometer


c. Oksigen Terlarut (DO)

Dibuka tutup water sampler
Dimasukkan botol DO yang sudah dibuka tutupnya ke dalam tabung sampler
Ditutup water sampler dengan selang panjang kita pegang dan selang pendek didalam water sampler
Dimasukkan water sampler ke dalam peraiaran dengan menutup selang panjang
Dari setelah pada area peraiaran yang akan diambil samplernya selang dibuka dan ditunggu bunyi “ Bluup”
Diangkat dengan menutup water sampler dengan keadaan air di dalam penuh
Dibolak-balik botol jika masih ada gelembung udara maka percobaan diulang





Ditetesi MnSO4 dan dihomogenkan
Ditetesi NaOH+KI dan dihomogenkan
Dibiarkan hingga endapan coklat terpisah dari air bening
Dikeluarkan cairan bening menggunakan selang aerator

Dikeluarkan sisa cairan bening dengan pipet tetes
Ditetesi H2SO4 sebanyak 2 mL
Ditetesi amilum sebanyak 2-3 tetes
Dihomogenkan


Dicatat volume botol DO
Dituang larutan Na2S2O3 sampai batas tertinggi dengan bantuan corong
Dicatat volume Na2S2O3 awal sebagai V1
Diletakkan botol DO dibawah buret
Dititrasi sampai bening pertama kali sambil menggoyang-goyangkan botol DO
Ditutup klep pada buret
Dihitung DO

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Praktikum
Parameter Nilai
 Parameter Kimia :
1. Salinitas
2. DO3. pH
19 ppt
7,23 mg/L
8
 Parameter Fisika :
1. Suhu

2. Kecepatan Arus
3. Gelombang
4. Periode gelombang
5. Kecerahan

6. Sifat Optis Air

7. Pasang Surut
11.30 WIB : 32O C
12.30 WIB : 28O C
0,15 m/s
21 cm
2,7 detik
11.30 WIB : 445 cm
12.30 WIB : 467,5 cm
11.30 WIB : 82,5o
12.30 WIB : 97,5o
8 cm/jam

o Perhitungan
 Parameter Fisika
1. Keceparan Arus
P tali : 5 m
Waktu : 33.5 detik
Kecepatan : 0,15 m/s
2. Tinggi Gelombang dan Periode
Parameter I II III Rata2
Tinggi Gelombang 23 18 22 21 cm
Periode Gelombang 2,1 4,0 1,9 2,7 detik

3. Kecerahan dan Sifat Optis Air
Pada Jam : 11.30 WIB: d1=420, d2=70

D = 445 cm

12.30 WIB: d1 = 455, d2 = 480

D = 467,5 cm
4. Pasang Surut
Selang waktu = 5 jam
Panjang tide staff = 40 cm
Pasut = 40/5 = 8 cm/jam

 Parameter Kimia
1. Perhitungan DO
V titran : 12 ml
N titran : 0,025
DO = V titran x N titran x 1000 x 8
V Botol DO - 4
= 12 x 0,025 x 1000 x 8
250 - 4
= 7,23 mg/L


4.2. Analisa Prosedur
4.2.1. Parameter Fisika
a. Suhu
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengukuran suhu. Pertama siapkan alat dan bahan yaitu, thermometer air raksa sebagai pengukuran suhu dan tali rafia sebagai pengikat pada thermometer agar thermometer tidak terkontaminasi dengan suhu tubuh. Setelah itu dilakukan pengukuran suhu dengan cara membelakangi matahari agar data yang diperoleh valid dan juga agar tidak dipengaruhi oleh suhu dari sinar matahari. Saat pengukuran suhu di dalam perairan thermometer di masukkan di perairan selama 2-3 menit. Kemudian thermometer dibaca skalanya di dalam perairan agar tidak terkontaminasi suhu matahari dan lingkungan di atas perairan. Lalu diangkat dan dicatat hasilnya.

b. Kecepatan Arus
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengukuran kecepatan arus. Pertama siapkan alat dan bahan yaitu, botol plastik 600 ml 2 buah sebagai pemberat dan pelampung, tali rafia 5 m sebagai jarak pengubung antara 2 botol, dan stopwatch sebagai perhitungan selang waktu pengukuran kecepatan arus. Setelah itu dilakukan pengukuran kecepatan arus dengan cara diisi salah satu botol dengan air likal yang berfungsi sebagai pemberat dan satu lagi sebagai pelampung. Kemudian ke 2 botol yang sudah diikatkan dan dihubungkan dengan tali rafia tersebut di hanyutkan ke perairan bersamaan dengan dinyalakan stopwatch. Lalu stopwatch dimatikan ketika tali rafia pada ke 2 botol meranggang sempurna. selanjutnya data di catat dan dihitung dengan rumus :


c. Kecerahan dan Sifat Optis Air
• Kecerahan
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengukuran kecerahan. Pertama siapkan alat dan bahan yaitu, secchi disk yang sudah dikaitkan dengan tali sebagai pengukuran sebagai kecerahan dan tongkat skala sebagai pengukur panjang dari D1 dan D2 serta karet gelang berfungsi untuk menandai tali pada secchi disk sebagai d1 dan D2 . Setelah itu dilakukan pengukuran kecerahan dengan cara memasukkan secchi disk ke dalam perairan secara perlahan- lahan hingga tidak tampak pertama kali yang ditandai dengan karet gelang sebagai D1, lalu di tenggelamkan kembali sampai benar-benar tidak terlihat. Kemudian secchi disk diangkat perlahan-lahan sampai terlihat untuk pertama kali yang di tandai dengan karet gelang sebagai D2. Setelah itu D1 dan D2 diukur panjangnya dengan tongkat skala.

Lalu data dicatat dan dihitung dengan rumus:

• Sifat Optis Air
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengamatan sifat optis air yang dimana pada dasarnya sama dengan pengukuran kecerahan, tetapi pengamatan ini dilakukan 2x dalam rentang waktu tertentu. Pengamatan ini mempunyai selisih waktu 1 jam untuk pengukuran kecerahan. Setelah saat selisih wakti digunakan untuk menghitung sudut α untuk pengukuran kecerahan ke 1, dimna pada pukul 06.00 WIB setra dengan 0o yang perubahan derajat akan bertambah setiap 1 jam 15o. Demikian pada pengukuran P yaitu untuk pengukuran kecerahan ke 2.

d. Pasang Surut
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengukuran pasang surut. Pertama siapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu, tide staff yang lengkap dengan selang aerasi yang diberi lubang pada bagian bawah untuk melihat air tanpa pengarih gelombang. Setelah itu pengukuran pasang surut dilakukan dengan cara tide staff ditancapkan ke dalam perairan denan jarak 50 m dari permukaan pantai. Lalu dilihat ketinggian perairan dari skala air pada selang aerasi yang dicatat sebagai To. Dilakukan pengamatan yang sama pada sore hari yang ducatat sebagai T1. Kemudian dihitung selisih pasang dan surut air laut yang dihubungkan dengan lama waktu pengamatan.

e. Gelombang
• Tinggi Gelombang
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengukuran tinggi gelombang yang terdiri dari pengamatan puncak gelombang dan lembah gelombang. Pertama siapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu, tongkat skala yang berfungsi untuk mengukur ketinggian puncak gelombang dan lembah gelombang dan stopwatch sebagai penghitung selang waktu dari puncak gelombang 1 ke puncak gelombang 2. Pengukuran ini dilakukan dengan cara melihat nilai puncak gelombang tertinggi dari tongkat skala sedangkan lembab gelombang terendah dilihat dari nilai tongkat skala yang terendah pula. Pengukuran dan pengamatan ini dilakuan sebanyak 3X.
• Periode Gelombang
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengukuran periode gelombang, yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang saat mencapai puncak pertama yang diakukan bersamaan dengan dinyalakan stopwatch. Kemudian saat puncak kedua stopwatch dimatikan. Untuk mendapat data yang valid, pengamatan periode gelombang ini dilakukan 3X pengamatan.

4.2.2. Parameter Kimia
a. pH
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengukuran pH. Pertama siapkan alat dan bahan yang digunalan yaitu, pH paper untuk mengukur pH perairan. Setelah itu untuk mengukur pH, kertas pH dicelupkan ke dalam perairan dan ditunggu selama 2 – 3 menit. Kemudian kertas pH diangkat dan dikibas-kibaskan hingga kering agar warnanya terserap dan dapat dicocokkan pada kotak pH standart sehingga diketahui nilai pH perairan.

b. Salinitas
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengukuran salinitas. Pertama siapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu, refraktometer untuk mengukur salinitas perairan. Untuk mengukur salinitas dilakukan dengan cara mengkalibrasi optik refraktometer dengan aquades dan dikeringkan dengan menggunakan tissue dengan menggosokkan satu arah, yang bertujuan agar tidak meninggalkan serat pada optik refraktometer. Setelah itu sampel air laut diteteskan di lensa refraktometer dan ditutup. Kemudian diarahkan pada sinar matahari dan diamati serta dibaca skala di sebelah kanan. Lalu dicatat hasilnya.

c. DO
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan pengukuran DO. Pertama siapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu, water sampler sebagai alat yang digunakan untuk mengambil sample pada kedalaman tertentu. Untuk menggunakan water sampler yaitu dengan cara dibuka tutup water sampler dan dimasukkan botol DO didalam water sampler dengan kondisi tutup botol DO terbuka. Setelah itu water sampler ditutup tetapi selang aerasi yang terhubung pada water sampler dibuka dan water sampler siap diturunkan ke dalam perairan dengan bantuan tali. Kedalamannya merupakan setengah dari nilai kecerahan karena diasumsikan dengan kelipatan plankton yaitu sedang. Lalu water sampler yang sudah mencapai kedalaman tertentu, kemudian selang aerasi didekatkan ke telinga dan didengarkan sampai bunyi “blup” yang menandakan bahwah water sampler terisi penuh. Selanjutnya botol DO ditutup didalam water sampler tetapi jangan sampai botol DO terdapat gelembung udara. Apabila terdapat gelembung udara pengambilan sampel diulangi lagi.
Sesudah sampel air didapat. Kemudian dilakukan pengujian dengan larutan – larutan kimia. Pertama tutup botol DO dibuka dan diteteskan MnSO4 sebanyak 2 ml/ 44 tetes yang bertujuan mengikat endapan coklat. Selanjutnya botol DO ditutup dan dihomogenkan dengan cara dibolak – balik. Setelah itu di tunggu sampai pemisahan oksigen yang menyatu dengan endapan coklat dan larutan yang bening dibuang secara perlahan atau dengan pipet tetes. Sehingga yang tetinggal larutan yang terdapat endapan coklat. Selanjutnya ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 22 ml/44 tetes yang berfungsi untuk pengenceran endapan coklat dan pengondisian asam dan ditambahkan kembali amylum 2 -3 tetes yang berfungsi untuk indikator warna ungu dan pengondisian basa, lalu di homogenkan. Terakhir dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat hingga berubah warna menjadi bening pertama kali. Kemudian volume titran dihabiskan untuk titrasi dan larutan yang sudah dititrasi digoyang – goyang agar homogen. Terakhir dicatat volume titrasi dan dihitung dengan rumus:


4.3. Analisa Hasil
4.3.1. Parameter Fisika
a. Suhu
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa suhu permukaan air laut pada pukul 11.30 WIB sebesar 32oC dan pada pukul 12.30 WIB sebesar 28oC. Menurut Romimohtarto (2001), di perairan tropis perbedaan atau variasi suhu air laut sepanjang tahun tidak besar. Suhu perairan nusantara berkisar antara 27-32oC. Kejadian suhu ini adalah normal untuk kehidupan biota laut di perairan Indonesia. Suhu alami tertinggi di perairan tropis berada dekat ambang batas sehingga menyebabkan kematian biota laut. Oleh karena itu, peningkatan suhu yang kecil saja dari alami dapat menimbulkan kematian atau paling tidak gangguan fisiologi biota laut.


b. Kecepatan Arus
Berdasarkan hasil praktikum, diketahui kecepatan arus yaitu 0,15 m/s. Arus terjadi disebabkan oleh adanya angin. Karena arus dipengaruhi angin, maka arah arus permukaan mengikuti arah angin yang ada. Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin muson sangat kentara perubahannya antara musim barat dan musim timur maka arus laut permukaan juga banyak dipengaruhi (Earlhamfa, 2009).
Kecepatan arus yang pernah diukur di selat bagian utara dalam bulan-bulan Nopember dan Desember, di permukaan dan di dekat dasar menunjukkan kekuatan yang hamper sama. Di lapisan permukaan 0,75 m/s dan di dekat dasar 0,83 m/s. pengaruh arus pasang surut di selat ini lebih kuat daripada arus angin dan muson (Roimohtarto, 2001).
Terjadinya arus yang hampir selalu ke arah barat daya disebabkan oleh adanya gradien permukaan laut ke arah selat. Hal ini ditunjukkan oleh adanya hubungan yang erat antara aliran mendatar dan perbedaan permukaan laut antara Tanjung Priok di pantai utara dan Palabuan Ratu di pantai selatan Jawa (WYRTKI, 1961).

c. Kecerahan
Berdasarkan hasil praktikum, didapat nilai kecerahan pada pukul 11.30 WIB sebesar 4,45 meter dan pada pukul 12.30 WIB sebesar 4,68 meter. Berdasarkan keputusan bahwa standar baku mutu kecerahan air laut untuk biota laut adalah 3-6 meter (Popo dan Mahendra, 2008). Berdasarkan hal tersebut maka nilai kecerahan di perairan Probolinggo masih dalam kisaran baku mutu yang baik.
Kemampuan penetrasi cahaya matahari dipengaruhi kekeruhan air yaitu 1). Suspensi dalam air (lumpur); 2). Planktonik dan jasad renik; 3). Warna air; dan lain-lain (Vedca, 2007).

d. Sifat Optis Air
Pada pengukuran kecerahan pertama pada pukul 11.30 WIB sebesar 4,45 meter dengan sudut sinar matahari yang jatuh 82,5o dan kecerahan kedua pada pukul 12.30 WIB sebesar 4,68 meter dengan sudut sinar matahari yang jatuh 97,5o. Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar sudut sinar matahari yang jatuh, maka akan semakin besar tingkat kecerahan perairan tersebut.
Berdasarkan sifat optiknya perairan dibagi atas 2 tipe, yakni tipe 1 (case-1 waters) dan tipe 2 (case-2 waters). Pada perairan tipe 1, fitoplankton dan bioproduknya memegang peranan dominan dalam menentukan sifat optik perairan. Perairan tipe 1 akan berubah menjadi tipe 2, jika sedikitnya salah satu komponen berikut ini masuk ke dalam perairan. Tipe 2 yaitu sedimen yang tersuspensi ulang dari dasar perairan, terutama perairan dangkal, zat organik terlarut berasal dari daratan yang masuk melalui sungai (run off) dan material tersuspensi berasal dari limbah rumah tangga (Wouthyuyzen dan Tanguri, 2004).
Dari sifat optik tersebut, maka pada umumnya perairan tipe 1 diklasifikaskan sebagai perairan lepas pantai (oseanik), sedangkan tipe 2 adalah perairan pantai/dangkal (wilayah pesisir), seperti teluk Jakarta (Wouthyuyzen dan Tanguri, 2004). Berdasarkan hal tersebut, sifat optis perairan pada waktu praktikum termasuk dalam perairan tipe 1.

e. Pasang Surut
Pada saat praktikum diketahui bahwa kecepatan pasang surut di daerah Probolinggo yaitu 8 cm/jam. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah dipengaruhi rentang pasang surut (tidal range). Sedangkan periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit (Surbakti, 2007).
Pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu: 1). Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) yaitu pasang yang memiliki sifat dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan juga dua kali surut; 2). Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) yaitu tipe pasang surut yang apabila dalam satu hari terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut; 3). Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevealling semi diurnal); 4). Pasang surut campuran condong ke harian tunggal atau mixed tide prevealling diurnal (Triatmojo, 1999). Di Probolinggo termasuk ke dalam jenis pasang surut semi diurnal yaitu terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut.

f. Gelombang
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa tinggi gelombang sebesar 21 cm dan periode gelombang 2,7 detik. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa gelombang pada perairan probolinggo termasuk relative kecil.
Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin. Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan angin, lamanya angin bertiup, dan jarak tanpa rintangan saat angin bertiup. Pada hakikatnya gelombang yang terbentuk oleh hembusan angin akan merambat lebih jauh dari daerah yang menimbulkan angin tersebut. Hal ini yang menyebabkan daerah di pantai selatan pulau Jawa memiliki gelombang yang besar meskipun angin setempat tidak begitu besar. Gelombang besar yang dating tersebut bisa merupakan gelombang kiriman yang erasal dari badai yang terjadi jauh di bagian selatan Samudera Hindia (Jatilaksno, 2009). Perairan laut Probolinggo merupakan laut utara Jawa, sehingga gelombang yang terjadi merupakan gelombang yang relative kecil.

4.3.2. Parameter Kimia
a. pH
Pada saat praktikum tidak dilakukan penguuran terhadap parameter pH.

b. Salinitas
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa nilai salinitas sebesar 19 ppt. Salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut.
Salinitas permukaan di selat bagian utara biasanya lebih rendah daripada di bagian selatan. Salinitas selat Sunda bervariasi dari 31,5 ppt sampai 33,5 ppt. Rendahnya salinitas permukaan di selat bagian utara disebabkan oleh masuknya massa air dari laut Jawa ke selat hamper sepanjang tahun. Kadar salinitas di bagian selatan biasanya lebih tinggi dari 34 ppt dan di bagian utara lebih rendah dari 33 ppt (Romimohtarto, 2001).

c. Oksigen Terlarut (DO)
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,23 mg/L. Meskipun oksigen dapat berdifusi dari udara ke air, konsentrasi oksigen di dalam perairan lebih bergantung pada proses biologi daripada proses fisikanya (Andayani, 2005).
Kadar O2 terlarut dapat mengurangi efisiensi pengambilan O2 oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan biota tersebut untuk hidup normal dalam lingkungannya. Kadar O2 terlarut di perairan Indonesia berkisar antara 4,5-7,0 mg/L (Romimohtarto, 2001).

4.4. Manfaat di Bidang Perikanan
4.4.1. Parameter Fisika
a. Kecerahan
Cahaya dibutuhkan oleh ikan untuk memangsa, menghindar diri dari predator atau untuk beruaya. Pada umumnya ikan berada pada daerah-daerah yang penetrasi cahayanya masih baik, sedangkan pada daerah yang gelap di mana penetrasi cahaya sudah tidak ada, hanya dihuni ikan buas atau predator yang lebih menyukai tempat gelap.

b. Suhu
Suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses fisika kimia yang terjadi di dalam perairan. Suhu air secara tidak langsung akan mempengaruhi kelarutan oksigen dan secara langsung mempengaruhi proses kehidupan organisme. Perubahan suhu air akan langsung mempengaruhi derajat metabolisme ikan. Bagi ikan perubahan suhu perairan sekitarnya merupakan faktor pemberi tanda secara alamiah yang menentukan dimulainya proses-proses pemijahan, ruaya dan sebagainya. Selain teradaptasi pada suhu tinggi atau suhu rendah tertentu, ikan juga mempunyai sifat tersendiri dalam mengadaptasi perubahan suhu lingkungan, ikan air tawar mempunyai daya toleransi yang besar terhadap perubahan suhu.


c. Gelombang
Kecepatan arus di waduk mempengaruhi keberadaan ikan. Ikan–ikan yang hidup di sungai yang mempunyai arus deras akan beradaptasi bentuk tubuh yang menyerupai cerutu atau stream line yang berguna untuk meminimalkan pengaruh arus. Contoh jenis ikan yang berbentuk stream line antara lain ikan semah atau kancra (Tor douronensis). Menurut Prasetyo (1994), ikan-ikan putih seperti jelawat (Leptobarbus hoevenii) memijah di hulu sungai yang berarus deras, sehingga telurnya memperoleh oksigen yang cukup tinggi.

d. Pasang Surut
Untuk membudidayakn perikanan pasang surut sangat bermanfaat yaitu dapat menyebabkan fitoplankton yang terdapat didasar melakukan proses rantai makan. Rantai makan tersebut kemudian membantu ikan-ikan yang terdapat pada perairan mendapat makanan. Hal ini dibantu dengan adanya arus yang bergerak serta mengandung partikel-partikel kimia, seperti nitrat dan fosfat.

e. Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, hal ini berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang terbentuk. Cahaya yang tiba di permukaan air sebagian akan dipantulkan, sebagian akan diteruskan. Pada permukaan laut yang bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamparkan, sinar yang diteruskan sebagian akan diabsorbsi air (Naylor, 2002).
Kekeruhan menggambarkan sifat optis air yang ditentukan berdasarkan benyaknya cahaya yang diserap oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (Ansori, 2010).

4.4.1. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman adalah banyaknya ion hydrogen yang terkandung di dalam air. Nilai pH di sungai dipengaruhi oleh karakteristik batuan dan tanah di sekelilingnya. Nilai pH perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berhubungan dengan susunan spesies dari ikan. Kisaran pH yang ideal untuk kehidupan ikan adalah antara 6,5-8,5. Beberapa jenis ikan yang toleran terhadap pH asam (< 6) adalah betook (Anabas testudieus), sepat (Trichogaster sp), seluang (Rasbora leptosoma) dan gabus (Ophichephalus striatus).

b. Salinitas
Manfaat salinitas pada bidang perikanan yaitu membantu organisme-organisme di dalam perairan menyerap garam-garam mineral dan partikel-partikel organik yang diserap oleh tubuh organisme.

c. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen di dalam air berguna untuk menunjang kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Kadar oksigen terlarut di perairan yang ideal bagi pertumbuhan ikan dewasa adalah > 5 mg/l. Pada kisaran 4-5 mg/l ikan masih dapat bertahan tetapi pertumbuhannya terhambat. Di waduk pada musim kemarau kadar oksigen terlarut akan tinggi pada bagian permukaan, sedangkan pada bagian dasar kadar oksigen rendah.


5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
a. Oceanografi yaitu ilmu yang mempelajari lautan.
b. Air laut yaitu pencampuran dari 96,5% air murni dan 35% material.
c. Parameter fisika diantaranya suhu, kecepatan arus, kecerahan, sifat optis air, pasang surut, dan gelombang.
d. Parameter kimia diantaranya pH, salinitas, dan oksigen terlarut (DO).
e. Data dan hasil dari pengamatan, yaitu:
o Suhu pada pukul 11.30 = 32o C dan pada pukul 12.30 = 28o C.
o Kecepatan arus sebesar 0,15 m/s.
o Kecerahan pada pukul 11.30 = 445 cm dan pada pukul 12.30 = 467,5 cm.
o Sifat optis air pada pukul 11.30 = 82,5o dan pada pukul 12.30 = 97,5o.
o Pasang surut sebesar 8 cm/jam.
o Panjang gelombang sebesar 21 cm.
o Periode gelombang sebesar 2,7 detik.
o DO sebesar 7,23 mg/l.
o Salinitas pada pukul 19 ppt.

5.2. Saran
Pada praktikum oseanografi saran kami sebelum melakukan praktikum lapang sebaiknya dipikirkan dan didiskusikan kembali bersama asisten yang lain sebelum memilih hari dan waktu praktikum, agar praktikum tidak bentrok atau tidak mengganggu kuliah praktikan sehingga praktikan tidak dirugikan karena adanya in hole. Apabila mengambil hari aktif sebaiknya dilihat dahulu apakah pada hari aktif tersebut praktikan dapat mengikuti praktikum lapang.


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Oseanografi. http:// wikipedia.com. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 19.00 WIB.
Andayani S. 2005. Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya Malang.
Dedi. 2009. Salinitas Air Laut. http:// www.dedi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 19.00 WIB.
Effendi E. 2007. Coastal Ecosystem and Management. http://blog.unila.ac.id. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 10.30 WIB.
Earlhamfa. 2009. Gerakan Air Laut dan Kualitas Air Laut. http://www. lintasberita.com. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 10.45 WIB.
Hanafi. 2009. Gerakan Air Laut dan Kualitas Air Laut. http://www.earlfhamfa. wordpress.com. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 10.45 WIB.
Hutabarat S dan Stewart ME. 2008. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Hutagalung et.al. 1985. Beberapa Catatan Tentang Penentuan Kadar Oksigen dalam Air Laut Berdasarkan Metode Winkler. Oseana vol. X nomor 4: 138-149.
Jatilaksono. 2009. Suhu Laut. http://jcom. blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 10.45 WIB.
Kordi dan Andi. 2007. Telaah Kualitas Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Kurniawan et.al. 2008. Diktat Pengantar Oceanografi.
Nontji. 1987. Laut Nusantara. Jambatan. Yogyakarta.
Popo dan Mahendra. 2008. Studi Kualitas Air untuk Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. http://ejournal.ac.id. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 11.05 WIB.
Prajitno A. 2009. Biologi Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.
Romimohtarto. 2009. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut.
Romimohtarto. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut.
Romimohtarto. 1985. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut.
SMKN 3 Madiun. 2009. Kualitas Air Laut untuk Budidaya Perikanan. http:// smk3ae.wordpress. com. Diakses pada tanggal 23 Mei 2010 pukul 19.40 WIB.
Souisa. 2009. Pengaruh Faktor Fisik Terhadap Lingkungan Perairan dan Kehidupan Organisme. http://souisa. blogspot.com. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 19.40 WIB.
Subagio. 2010. Pasang Surut Air Laut. http:// herugio1.blogspot.com. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 13.50 WIB.
Surbakti. 2007. Kualitas Perairan Laut. http://www.surbakti.blogspot.com. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 19.40 WIB.
Triatmojo. 1999. Perairan Laut Indonesia. Agromedia. Jakarta.
Vedca. 2007. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. http://www.stth.itb.ac.id. Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 17.40 WIB.

Wouthyuyzen dan Tanguri. 2004. Pengukuran Salinitas Teluk Jakarta Melalui Penginderaan Warna Laut Menggunakan Data Multi-Temporal Citra Satelit Landsat. http://cis.itb.ac.id. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 19.40 WIB.
Wyrtki. 1961. Oceanografi. http://wyrtki. id.com. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 19.20 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar