Kamis, 23 Desember 2010

Darah Ikan

1. PENDAHULUAN

1.1. Definisi Darah
Darah merupakan salah satu komponen sistem transpor yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh (Aria, 2008).
Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler, dan vena, yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membawa karbondioksida serta hasil limbah lainnya (Mayhoneys, 2008).

1.2. Komponen Penyusun Darah
Menurut Isnaeni (2006), darah tersusun atas plasma dan tersusun atas sel darah. Sel darah mencakup eritrositk, leukosit, dan trombosit, plasma darah yang mengandung sekitar 90% air dan berbagai zat terlarut atau tersuspensi di dalamnya. Zat tersuspensi berikut mencakup beberapa jenis bahan berikut:
1. Protein plasma, yaitu albumin, glubolin, dan fibrinagen.
2. Sari makanan, yaitu glukosa, monosakurida, asam amino, lipid.
3. Bahan untuk dibuang dari tubuh, antara lain urea dan senyawa hidrogen.
4. Berbagai ion, misalnya natrium, kalium, ulur, fosfat, kalsium, sulfat, dan senyawa bikarbonat.
Menurut Pungky (2010), komponen penyusun darah dari plasma darah (cairan) dan sel-sel penyusun dairan darah.
1. Plasma darah
95% plasma darah terdiri dari air. Di dalam plasma darah terkandung salah satu faktor pembeku darah.
2. Eritrosit
- Bebentuk bulat gepeng, akung
- Tidak punya inti sel
3. Leukosit
- Bentuknya berubah-ubah
- Punya inti sel
4. Trombosit
Trombosit berperan dalam pembekuan darah.

1.3. Tahap Pembentukan Darah
Menurut Yustina, et.al (2005), dalam proses pembentukan sel darah merah terdapat tahapan-tahapan sebelum sampai terbentuknya sel darah merah matang. Ketika iosit adalah sel darah merah muda yang masih mengandung substansi basopilik dan akan berkembang menjadi sel darah merah matang. Setiap tahapan pembentukan sel darah merah melalui serangkaian proses yang melibatkan sintensis enzim. Wulangi (1993), dalam Yustina,et.al (2005) menyatakan apabila sintesis enzim pada retikulasit terhambat maka pembentukan retikulasit terganggu karena masuknya sulfida melalui darah ikan dan akan menghambat sintesis enzim katalose dan anhidrase karbonat yang terdapat pada retikulasit, akibatnya tidak akan ditemui sel darah merah matang.
Pembentukan sel darah merah (eritropoelsis) adalah subyek pengaturan “feed back” pembentukan ini dihambat oleh kenaikan sel darah merah dalam sirkulasi yang mencapai nilai diatas normal dan dirangsang oleh anemia. Eritropoelsis juga dirangsang oleh hipolsia dan kenaikan jumlah sel darah merah yang beredar adalah gambaran yang meninjol dari aklimatisasi pada dataran tinggi. Eritropoelsis diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang beredar yang dinamakan eritropreikim yang dibentuk oleh kerja dari faktor ginjal pada globulin plasma. Hormon ini mempermudah diferensiasi sistem sel “commited” (sistem sel yang sensitif terhadap eritropoekim) menjadi proeritroblast (Ganong, 1981).

1.4. Fungsi Darah
Menurut Shahar (2010), fungsi darah sebagai alat pengangkut yaitu :
- Mengambil oksigen / zat pembakar dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
- Mengangkut karbohidrat dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru dibagikan ke seluruh jaringan /alat tubuh
- Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidk berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui ginjal
Darah memiliki fungsi utama yaitu menjaga keseimbangan pH. Fungsi utama yaitu menjaga keseimbengan pH tubuh. Fungsi utama sistem sirkulasi darah adalah sebagai mediatransport zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh juga untuk transport panas dari dan kejaringan tubuh dan untuk mempertahankan diri dari serangan penyakit (Komarudin, 2009).
Menurut Scherr (1959), darah berfungsi sebagai media transportasi dan memberikan kontribusi kepada pembentukan lingkungan.

1.5. Komponen Penyusun Sistem Peredaran Darah
Komponen penyusun sistem peredaran darah adalah jantung, darah, saluran darah dan limfa. Saluran pembuluh darah utama dalam tubuh ikan adalah arteri danvena yang terdapat disepanjang tubuh (Evand, 2009).
Sistem peredaran darah ikan termasuk yang paling sederhana. Komponen yang menyusun sistem peredaran darah utama pada ikan:
1) Jantung
2) Darah
3) Saluran darah
4) Limpa (Frans, 2010)

1.6. Peredaran Darah
Menurut Schreck and Peter (1990), meskipun peredaran utama bab ini yaitu analisis pada darah dan darah, terdapat beberapa pertimbangan fungsi sirkulasi yang tepat pula. Sesuai dengan hal itu terdapat review singkat mengenai pengaturan sirkulasi pada ikan, bagian ini akan fokus pada detak jantung, dan distribusi aliran dan penentuan mereka. Fitur struktural utama dari hati ikan ditinjau oleh Satchell (1971), Cancran (1975) dan Jones dan Randall (1978) dalam Shreck and Peter (1990), Carel (1984) dalam Shreck and Peter (1990) baru-baru ini memeriksa kinerja jantung dan pengaruhnya secara rinci. Semua variosus, atrium dan ventrikel, dan ikan bertulang sejati, ventrikel mengarah ke bulbus arterious. Daging bulbus arterious termasuk halus (sebagai lawan dari jantung) otot dan investasi jaringan ikat elastis dan bulbus arterious tidak kontrak dengan urutan dengan kamar jantung. Sinus venosus menerima saluran dari cuvier lateral dan posterior vena hati. Ruang terakhir adalah konus dan bulbus yang secara struktural memiliki otot polos dan mungkin tidak berkontraktil secara teratur serta tidak terjadi kitak selama siklus jantung.
Menurut Wartawarga (2009), pada proses peredaran darah. Darah dari seluruh tubuh yang mengandung CO2 kembali ke jantung melalui vena dan berkumpul di sinus venosus, kemudian masuk ke serambi. Selanjutnya, darah dari serambi masuk ke bilik dan dipompa menuju insang melalui konus arterious, aorta ventralis, dan empas pasang arteri arferon brakious, pada arteri erefen brokialis, oksigen diikat oleh darah, selanjutnya menuju arteri eferen brankialis dan melalui aorta darsalis darah diedarkan ke seluruh tubuh. Di jaringan tubuh, darah mengikat CO2 dengan adanya sistem vena, darah dikembalikan dari bagian kepala dan badan menuju jantung. Vena yang penting, misalnya: vena cardialis posterior dan vena cardialis posterior (membawa darah dari kepala dan badan), vena porta repalika (membawa dari tubuh melewati hati), vena porta renalis (membawa darah di tubuh melewati ginjal). Peredaran darah pada ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah hanya satu kali melewati jantung.

1.7. Sistem Peredaran Darah
Menurut Isnaeni (2006), sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi dua, yaitu sistem sirkulasi terbuka dan tertutup. Sistem sikulasi terbuka bekerja dengan tekanan rendah. Dengan demikian, pada setiap kontraksi jantung, volume darah yang dapat dikeluarkan dari jantung ke rongga tubuh hanya sedikit. Selain itu, tekanan yang ditimbulkan oleh jantung untuk mendorong darah juga rendah sehingga darah mengalir dengan lambat. Pada sistem sirkulasi tertutup darah beredar dalam sistem pembuluh yang kontinu, didorong oleh kekuatan yang berasalah dari hasil kerja jantung. Sebagai motor penggerak, jantung bekerja dengan melakukan gerakan memompa secara terus menerus sehingga tekanan dalam pembuluh darah dapat dipertahankan tetap tinggi.
Sistem sirkulasi pada hewan air, misalnya ikan, umumnya memiliki jantung sebagai organ yang memompa cairan darah. Arah aliran darah biasanya ke anterior dalam saluran (pembuluh) ventral ke dalamposterior dalampembuluh darsal utama. Darah dipompa ke depan dari situ pembuluh branchial afferent memesuki insang. Darah yang mengandung oksigen mengumpul dalam pembuluh efferent, yang berkomunikasi dengan pasangan aorta dorsa-leteral yang mengangkut darah ke arah belakang ke aorta dorsal tunggal dan dari situlah kemidian didistribusikan ke seluruh bagian tubuh lainnya. Setelah melalui sistem kapiler jaringan tubuh, darah tersebut kembali ke jantung via vena-vena kecil yang membawanya ke dalam vene-vena utama memasuki aurikula (auricle) (yuwono dan Purnama, 2001).
Menurut Storer dan Rober (1957), jantung dua bilik terletak di lekak dalam rongga perikardinal. Darah dari venosus melewati sinus venosus menuju avrikel dinding tipis, dari sana darah menuju kedalam ventrikel otot, yang dipisahkanoleh katup yang berfungsi mencegah arus balik. Terjadi kontraksi berirama darah melalui konus arteriosus dan aorta ventral menjadi empat pasang arteri aferen branchial mengarah ke dorsal aorta dan akhirnya didistribusikan ke seluruh tubuh dan kepala.

1.8. Pengertian Sistem Imun
Ikan seperti hewan pada umumnya, memiliki mekanisme pertahanan diri terhadap patogen. Sistem pertahanan tersebut terdiri dari pertahanan konstitutif menjalankan pertahanan secara umum terhadap invasi flora normal, kolonisasi, infeksi dan penyakit infeksi yang disebabkan oleh patogen. Sistem pertahanan konstutif disebut juga sebagai sistem pertahanan innate (bawaan atau alami). Adapun sistem pertahanan yang diinduksi atau dapatan (acculerea), maka untuk berfungsi dengan baik harus diinduksi antara lain dengan pemaparan pada patogen atau produk-produk yang berasal dari patogen (isalnya: LPS, Vaksin). Sistem pertahanan yang diinduksi meliputi pula respon imun terhadap patogen penyebab inveksi (Irianto, 2005).
Menurut Villee et.al, (1980), antigen biasanya merupakan protein yang ada hubungannya dengan bakteri dan virus yang masuk dalam tubuh, tapi sering protein asing dan polisakarida asing tertentu dan DNA dapat menimbulkan pembentukan antibodi. Tubuh telah mengembangkan imunitas terdapat antigen tersebut.

1.9. Proses Pembekuan Darah
Mekanisme pembekuan darah terbagi menjadi dua jalur utama, yaitu jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. Proses ini membutuhkan faktor-faktor pembeluan darah, yang sampai saat ini dikenal sebanyak 15 faktor. Diantara ke dua jalur tersebut jalur yang dipakai bersama, disebut jalur umum/jalur bersama, dan satu terdapat satu jalur lain yaitu jalur oksigen. Secara fisiologis, proses pembekuan darah ini akan dikendalikan oleh sistem fibrioriatik dan koagulasi. Kedua sistem tersebut bertugas merusak hasil bekuan darah yang diharapkan oleh tubuh. Jadi, hemostatis merupakan kerjasama diantara dua mekanisme tersebut (Prihadi, 2007).
Menurut Kimball (1983), pemadatan atau pembekuan darah mempu menghentikan semua pendarahan ini kecuali pembuluh darah yang rusak, keping darah melekat pada permukaan dalam diding pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah dan sel-sel rusak didaerah ini melepaskan bahan bersifat lemah yang diaktifkan oleh protein-protein tertentu (faktor pembekuan) di dalam darah membentuk “tromboplastin”. Dengan adanya ion kalsium (ca++) dan faktor-faktor pembeku tambahan dalam plasma. Tromboplastin dibuat secara terus menerus oleh hati menjadi trombin. Trombin adalah sebuah enzim yang mengkatalis perubahan fibrinogen protein plasma yang dapat larut menjadi fibrin, protein yang tidak dapat larut. Fibrin secara berangsur membentuk suatu lubang tempat sel-sel darah tertanam dari pembuluh darah yang pecah.



1.10. Hubungan Sistem Imun dengan Darah
Imunitas seluler diperantarai oleh limfosit-T yang terdapat di seluruh tubuh. Bila sel-sel ini bentrokan dengan antigen sel individu lain atau antugen atau sel-sel tumor atau virus, mereka diaktifkan. Limfosit-T membesar, membelah dan melepaskan Limfokines, yaitu zat dengan berat molekol besar yang berperan untuk menyerang protein asing. Berbeda dengan Limfosit B, yang mempunyai primotipe yang mampu mengenal semua yang mungkin merupakan antigen sebenarnya, efektor Limfosit T khususnya mengenal histokom patibilitas antigen (Ganong, 1981).
Semua hewan multisel mumpunyai mekanisme pertahanan tubuh. Pertahan tubuh dapat terjadi dengan berbagai mekanisme, antara lain mengaktifkan atau mengeluarkan berbagai sel asing dari tubh, menghancurkan mikrorganisme patogen beserta hasil rekresinya dan menyingkirkan sel abnormal dan sel bermutasi (contohnya sel kanker) yang muncul. Mekanisme pertahanan tubuh juga dapat terjadi dengan cara fagositosis paling primitif. Enkapsulasi (pembentukan selubung), menghasilkan antibodi atau sensitisasi limfosit. Faktor humoral (aglutinin) dalam cairan tubuh juga dapat menginaktifkan benda asing (pada invertebrata) (Isnaeni, 2006).









2. METODOLOGI

2.1. Prosedur Kerja
2.1.1. Pengambilan Darah

- diaseptipkan dengan alkohol 70%
- diisi dengan Na Sitrat Oil ml 1:9

- diaseptipkan bagian yang akan disuntikkan dengan methanol
- diambil darahnya


2.1.2. Pengambilan Film Darah Tipis

- diteteskan pada obyek glass
- diratakan dengan metode smear
- ditetesi methanol (1 tetes)
- ditunggu sampai kering
- ditetesi giemsia (1-2 tetes)
- dikeringkan ± 20 menit
- dibilas dengan air mengalir
- dikeringkan
- diambil di bawah mikroskop
- difoto


2.2. Fungsi Alat dan Bahan
2.2.1. Fungsi alat
a) Pengambilan Sampel Darah
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum tentang pengambilan darah adalah sebagai berikut:
• Spait to ml : untuk mengambil darah ikan
• Nampan : sebagai tempat untuk meletakkan ikan yang akan diambil darahnya
• Seser : untuk mengambil ikan
b) Pembuatan Film Darah Tipis
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan film darah tipis adalah sebagai berikut:
• Obyek glass : tempat untuk membuat film darah tipis
• Cover glass : digunakan untuk meratakan darah pada obyek glass dengan metode smear
• Mikroskop : untuk mengamati obyek film darah tipis
• Kamera digital : untuk mengambil foto pada film darah tipis
• Pipet tetes : digunakan untuk mengambil larutan

2.2.2. Fungsi Bahan
a) Pengambilan Sampel Darah Ikan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pengambilan sampel darah ikan adalah:
• Alkohol 70% : disunakan untuk mengaseptiskan spuih dan bagian tubuh ikan yang akan disuntik.
• Ikan Nila (Oreochromis noloticus) : sebagai obyek yang akan diambil sampel darahnya.
• Lap basah : digunakan untuk menutup mata dan tubuh ikan agar ikan tetap tenang ketika diambil darahnya
• Na-sitrat : digunakan untuk mencegah kuagulasi pada darah
• Tissue : digunakan untuk mengolesi alkohol pada tubuh ikanyang akan diambil darahnya.
b) Pembuatan Film Darah Tipis
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan film darah tipis adalah:
• Darah ikan Nila (Oreochromis noloticus) : sebagai obyek pengamatan
• Giemsa : sebagai pewarna pada darah
• Air : untuk menghilangkan warna-warna yang tidak terserap oleh darah
• Tissue : untuk mengeringkan cover glass
• Methanol : untuk mencegah koagulasi agar darah tidak menggumpal

4. PEMBAHASAN

4.1. Analisa Prosedur
4.1.1. Pengambilan Sampel Darah
Dalam praktikum Fisiologi Hewan Air, mengenai pengambilan sempel darah, hal yang pertama dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Alatnya yaitu spuit 1ml berfungsi untuk mengambil darah ikan dan Na sitrat, nampan berfungsi sebagai tempat ikan saat diambil darahnya. Bahannya yaitu Ikan Nila (Oreochromis noloticus) sebagai obyek pengamatan yang diambil darahnya, Na sitrat 0,1 ml berfungsi sebagai bahan untuk mencegah koagulasi (anti-koagulan), tissue berfungsi untuk membersihkan objek glass, methanol berfungsi untuk melarutkan lemak serta untuk mencegah koagulasi agar darah tidak menggumpal , alkohol 70% untuk mengaseptiskan spuit.
Selanjutnya adalah spuit diaseptiskan dengan methanol agar tidak ada kuman pada spuit. Kemudian spuit diisi dengan Na Sitrat 0,1 ml 1:9 dengan 1 sebagai Na-sitrat dan 9 sebagai darah yang bertujuan agar darah yang diambil tidak menggumpal dan membeku. Kemudian Ikan Nila (Oreochromis niloticus) disiapkan dan diambil darahnya yaitu dengan cara mengambil darah dengan kemiringan spuit 450 di bagian pangkal ekor di dekat caudal peduckle, karena pada daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah, sebelum spuit ditusukkan salah satu sisik ikan dilepas agar memudahkan untuk menusuk pada tubuh ikan nila (Oreochromis niloticus). Cara mengambil darah ikan yaitu dengan cara jarum spuit ditusukkan pada pangkal ekor dengan kemiringan 450 dengan tujuan agar pada saat disuntik dengan spuit mengenai tulang belakang ikan karena pada daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darh ikan, lalu perlahan-lahan diambil darah ikan dengan spuit, sehingga didapat darah ikan yang diinginkan dan didapat hasilnya. Tempat-tempat pengambilan darah ikan yaitu pada daerah Linear lateralis, dorsal ventralis, caudal peduckle, dan jantung.
4.1.2 Pembuatan Film Darah Tipis
Dalam praktikum Fisiologi hewan air, menganai pembuatan film darah tipis hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Alatnya yaitu objek glass berfungsi sebagai alat untuk meletakkan sampel darah/tempat objek yang akan diamati, mikroskop berfungsi untuk mengamati sampel darah ikan, kamera digital berfungsi untuk memotret bentuk darah yang telah diberi perlakuan. Bahanya yaitu darah ikan nila (Oreochromis niloticus) berfungsi sebagai objek yang diamati, giemsa (1-2 tetes) berfungsi sebagai pewarna bagi darah, air berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa methanol dan membersihkan objek glass, methanol berfungsi untuk melarutkan lemak dan membuka pori-pori darah. Selanjutnya adalah setelah darah ikan diambil dengan spuit, kemudian diteteskan pada obyek glass sebanyak 1-2 tetes untuk memudahkan dalam pengamatan mikroskop. Kemudian darah itu diratakan dengan menggunakan metode smear agar pada saat pengamatan di mikroskop sel darah tidak bertumpuk-tumpuk sehingga mudah diamati. Kemudian, ditetesi dengan methanol (1 tetes) yang berfungsi untuk melarutkan lemak dan membuka pori-pori darah dan ditunggu sampai kering.
Setelah kering, kemudian film darah tadi ditetesi dengan giemsa sebangak 1-2 tetes, dengan fungsi bahwa giemsa sebagai pewarna pada darah. Giemsya ini bersifat basa dengan ph 10. Cara meneteskan pada objek glass yaitu objek glass ditegakkan dan diteteskan agar pada penetesan menjadi rata dan tidak bertumpuk, lalu ditunggu sampai kering dengan waktu kurang lebih 20 menit karena diasumsikan sebagai agar giemsya masuk ke sel darah sehingga bisa diamati di bawah mikroskop, kemudian dicelupkan ke dalam air untuk memperjelas komponen penyusun darah merah yang akan diteliti dan setelah itu dikeringkan agar mudah dalam pengamatan di mikroskop dan setelah itu diamati di mikroskop. Caranya yaitu mikroskop dihidupkan tombol on dan objek glass diletakkan pada meja preparat, kemudian diatur perbesaran lensanya, kemudian diatur gambar dengan mengatur dengan pengatur kasar dan pengatur besar. Kemudian setelah ditemukan gambarnya difoto dengan menggunakan kamera digital dan didapat hasilnya.

4.2. Analisa Hasil
4.2.1. Pengambilan Sampel Darah
Dari praktikum Fisiologi Hewan Air materi pengambilan sampel darah ikan didapat hasil sebagai berikut pengambilan darah dilakukan pada daerah caudal peduncle karena pada daerah tersebut terdapat darah yang banyak karena disana terdapat pembuluh darah. Tempat-tempat pengambilan darah yaitu pada linear lateralis, dorsal aorta, caudal peduncle, dan jantung. Tempat pengambilan darah yang paling baik terdapat pada daerah dorsal aorta karena merupakan percabangan utama dari insang yang berasal dari vena aorta. Pada dorsal aorta, pengambilan darah sangat berisiko dan kurang aman yang akan menyebabkan ikan langsung mati. Oleh karena itu, pengambilan darah yang paling aman adalah pada caudal peduncle karena ikan tidak langsung mati apabila darah diambil dari sana. Selain itu, ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai sistem peredaran darah tunggal yaitu mekanisme peredaran darahnya bersal dari jantung dan kemudian kembali lagi ke jantung.
Pada pengambilan darah ikan nila (Oreochromis niloticus), menyebabkan ikan terluka setelah dilukai saat penyuntikan dengan spuit terjadi penghentian darah ikan secara pemberian Na-sitrat yang menyebabkan darah berhenti. Peristiwa ini disebut dengan pembekuan darah, ini sesuai pernyataan Ndonyo (2007), ketika luka pada tubuh mengeluarkan darah, sebuah enzime tromboplastin yang dihasilkan oleh sel-sel jaringan yang terluka beraksi dengan kalsium protombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung yang kemudian mengeras.
Menurut Tedbio (2008), bahwa peredaran darah ikan termasuk peredaran darah tunggal (dalam satu lagi peredarannya, darah melalui jantung satu kali).
Dorsal aorta adalah sumber darah tersebar dari insang ke seluruh tubuh. Dari sisi darah disuplai ke kepala, otot, ginjal dan semua organ pencernaan melalui pembuluh darah (Frans, 2010).

4.2.2. Pembuatan Film Darah Tipis
Pada pengamatan praktikum Fisiologi Hewan Air materi pembuatan film darah tipis didapat hasil yaitu sebagai berikut pada saat akan mengamati sel darah merah dengan mikroskop terlebih dahulu menggunakan metode smear yaitu perataan, ikan ini mempunyai sel darah merah yang memiliki inti yang banyak dan ini menandakan bahwa pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diamati dalam keadaan sehat dan hal ini sesuai dengan pernyataan Aria (2008), gambaran darah dari suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang sedang alami oleh organisme tersebut. Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan komponen-komponen darah mengalami perubahan-perubahan gambaran darah dan kimia darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat menentukan kondisi kesehatannya.
Pada saat ingin mengamati darah di mikroskop, terlebih dahulu darah yang terdapat di objek glass diberi giemsya yang tujuannya adalah agar darah yang diamati terlihat jelas bila diamati di mikroskop. Ini sesuai dengan pernyataan Aria,2008 dalam Mulyani (2006), eritrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya. Inti sel eritrosit terletak disentral dengan sitoplasma dan akan terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan giemsya. Pada pewarnaan darah yang diberi pewarnaan giemsya.
Pada pengambilan sampel darah ikan dimasukkan terlebih dahulu Na-sitrat 0,1 ml tujuannya adalah agar darah ikan tidak terjadi penggumpalan (koagulasi), Na-sitrat merupakan antikoagulasi, menurut Farmato (2009), ada yang preparat parental (heparin), oral (walfarin), nicumalone, cenisindione, kumarin dan dicumarol dan pengikat ion-calcium (Na-sitrat asam oksalat, Na adelat).
- Analisa Gambar

(a) (b)
Dari pengamatn paktikum Fisiologi Hewan Air materi darah ikan, didapatkan hasil mikroskop yaitu terdapat banyak sel darah merah pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan sel darah merah tersebut memiliki inti didalamnyam sel darah merah dalam jumlah banyak ini menunjukkan bahwa ikan nila (Oreochromis niloticus) tersebut dalam keadaan sehat. Ini sesuai dengan pernyataan Aria, 2008 dalam Wells, 2005 dalam Kuswardani, (2006), bahwa kadar hemoglobin yang rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi. Sedangkan kadar tinggi menunjukkan bahwa ikan sedang berada dalam kondisi stress.

4.3. Faktor Koreksi
Dalam praktikum Fisiologi Hewan Air bab Darah Ikan, terdapat beberapa faktor koreksi sebagai berikut:
• Praktikan belum paham dan mengerti tentang metode smear dan pengambilan darah pada ikan dengan menggunakan spiut.
• Kurang terampilnya praktikan dalam pengambilan darah, sehingga perlu dilakukan pengulangan.
• Jarum spuit yang terlalu kecil sehingga spuit mudah patah atau bengkok

4.4. Manfaat di Bidang Perikanan
Dalam Praktikum Fisiologi Hewan Air, bab Darah Ikan, manfaat di bidang perikanan adalah sebagai berikut:
• Dapat mempelajari metode pengambilan darah dan pembuatan darah tipis.
• Dapat mengerti dan mempelajari komponen-komponen penyusun darah bserta fungsinya.
• Dapat mempelajari tentang proses pembekuan darah ikan.
• Dapat mempelajari letak-letak pengambilan darah ikan.



5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pengambilan darah ikan dan pembuatan film darah tipis adalah sebagai berikut:
• Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel, serta partikel yang menyerupai sel yang mengalir dalam arteri.
• Fungsi darah adalah mengangkut zat-zat kimia, mengambil hasil metabolisme, serta mengangkut oksigen dan kabondioksida, serta menjaga keseimbangan pH tubuh.
• Darah terseusun dari sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) serta plasma darah.
• Tempat pengambilan darah pada ikan adalah caudal pradancle, linea lateralis, dorsal aorta dan dekat jantung.
• Komponen sistem peredaran darah tersusun atas dua, yaitu sistem sirkulasi tertutup dan sistem sirkulasi terbuka.
• Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan diri dari patogen.
• Pada saat praktikum pengambilan darah ikan dilakukan di caudal peduncle karena ikan tidak akan langsung mati apabila darah diambil disana.
• Pada saat praktikum didapat sel darah merah yang memiliki inti pada sel yang banyak yang diamati pada mikroskop, hal ini menandakan bahwa pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diamati dalam keadaan sehat.


5.2. Saran
Pada saat mengamati didapat sel darah di mikroskop, sebaiknya praktikan mengamati dengan seksama agar para praktikan mengerti bentuk sel darah ikan.























DAFTAR PUSTAKA

Aria, Prawira. 2008. Darah Ikan. http://maswira.wordpress.com/ 2008/09/17/darah-ikan-2/. Diakses tanggal 29 Oktober 2010 pukul 08.00 WIB.
Evand, Glenn. 2009. Sistem Peredaran Darah dari Pernapasan Pada Ikan. http://kusukaikan.blogspot.com/2009/10/sistem-peredaran-darah manusia.html. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2010 pukul 21.45 WIB.
Farmako. 2009. Darah Ikan. http//merumerume.wordpress.com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010 pukul 13.00 WIB.
Frans. 2010. Darah Ikan. http://alx-fransblog.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2010 pukul 22.00 WIB.
Ganong, W.F. 1981. Fisiologi Kedokteran. University of California: San Fransisco.
Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan dan Teleostel. Gadjah Mada University Press : Jogjakarta.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius : Jogjakarta
Kimball, John W. 1983. Biologi : Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Komarudin, A. 2009. Jantung dan Darah Ikan. http://www.dostoc.com. Diakses tanggal 3 November 2010 pukul 14.00 WIB.
Mayhoneys. 2008. Sel Darah. http://www.Ittelkom.ac.id. Diakses tanggal 28 Oktober 2010 pukul 14.00 WIB.
Prihadi, Harsono dan Hardian. 2007. Effect of Light Exercise Time Throught Blood Clothing Time Mean Adjusment In The Blood Coaguation System. http://eprints.undp.ac.id/22399/Harsono.pdf. Diakses pada tanggal 1 November 2010 pukul 10.00 WIB.
Pungky. 2010. Sistem Peredaran Darah Manusia. http://jurnal_pelajar.blogspot.com/2010/03/sistem-peredaran-darah-manusia.html. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2010 pukul 22.30 WIB.
Scheer, Bradley. 1957. Comparative Physiology. Champman2hall: London.
Schreck, Carch B. Peter B Noyle. 1990. Methods for Fish Biologi. University of California: USA.
Shahar, N. Mala dan Muzakarah. 2010. Fungsi Darah dalam Badan.http://noormas2gmallcon. blogspot. com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010 pukul 19.00 WIB.
Storer, dracy l. Robert. 1957. General Zoology. Mc Brawthil Book Company. London.
Tedbio. 2007. Sistem Sirkulasi pada Hewan dan Manusia. http://tedbio.multiply.com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010 pukul 06.00 WIB.
Villee, Claude A, Weren F, Robert D Barner, 1984. Zoologi Umum. Erlangga : Jakarta.
Warta warga. 2010. Sistem Peredaran Darah pada Vertebrata. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/sistem-peredaran-darah-pada-vertebrata. Diakses pada tanggal 2 November 2010 pukul 20.00 WIB.
Yustiono, Arnetis. Riva Suryadi. 2005. Efek Subutal Sulfida Pada Fisiologi Parah Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). http://biologi-fkip-unri.ac.id/karya_tulis/5%20sina_Efek%subletal%2020_24.pdf. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2010 pukul 22.30 WIB.
Yuwono, Edi dan Purnama Sukardi. 2001. Fisiologi hewan .Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar