Kamis, 23 Desember 2010

Endokrinologi

I. PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Endokrinologi
Sistem endokrin disebut juga etabo kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan etabol (Isnaeni, 2006).
Kelenjar endokrin menghasilkan zat kimia, etabol yang membawa darah untuk bertindak pada jaringan pada beberapa hal dari kelenjar system endokrin berjalan dengan pelan pada aksinya terhadap etabo syaraf (Svendsen and Anthony, 1984)
Menurut Prosser and Brown (1965), etabol endokrin mengkoordinasikan secara kimia produksi dari beberapa atau banyak di wilayah daerah suatu etaboli

1.2 Kelenjar Penghasil Hormon
Kelenjar endokrin mengeluarkan etabol ke dalam aliran darah bukan ke dalam saluran yang menuju ke luar tubuh atau ke dalam salah satu organ internal seperti halnya kelenjar endokrin. Karena hal tersebut, kelenjar itu sering disebut kelenjar sekresi internal, kelenjar tiroid, para tiroid, pituitani, dan merupakan kelenjar tak bersaluran yang sebenarnya. Pankreas mensekresi enzim pencernaan melalui saluran dan etabol yang dibawa oleh darah (Villee,et.al,1984).
Menurut Kordi (2005), kelenjar hypophysa anterior menghasilkan etabol ESH (Fullrcle Stimulating Hormone). LH (Luternizing Hormone) atau ICSH (Intestital Cells Stimulating hormone, Prolactine atau LTII (Luteotropic Hormone)
1.3 Macam-macam Etabol dan Fungsinya
Menurut Evans (1993), etabol tyroid berfungsi untuk mengontrol etabolism, pertumbuhan dan osmoregulation pada ikan yang melebihi funsinya pada vertebrata. Di sebagian besar vertebrata, etaboli berisi jaringan endokrin antara tripsin memproduksi sel. Kelenjar endokrin utama memproduksi insulin dengan beberapa vertebrata, glulagon, polypeptide etaboli, soma tostatin dan pank koastatin. Hormon gastroin testinal pada vertebrata sangat penting, karena mengontrol banyak proses penting terutama berhubungan dengan pencernaan makanan dan etabo etabolism.
Menurut Kordi (2005), etabol reproduksi sebagai berikut :
Kelenjar hormon Hormon Fungsi
Hypophysa anterior FSH, CIIT atau ICHS atau Cit Sperma togenesis, pertumbuhan folikel endrogen, ovulasi, pelepasan prugesteron
Hypophysa posterior Oxytocin Konstruksi uterus
Tyroid etaboli Thyroxine tyrocal citanin insulin Mengatur etabolism karbohidrat, lemak dan protein
Pankreas Insulin Mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan protein


1.4 Hormon dan Fungsinya
Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh ke hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan intergrasi serta koordinasi tubuh (Isnaeni, 2006).
Hormon reproduksi adalah suatu zat kimia organik yang dihasilkan oleh sel atau sekelompok sel tertentu (kelenjar endokrin) yang normal dan sehat pada suatu organ tertentu. (Kordi, 2005).
Menurut Kimball (1983), pertumbuhan perkembangan seksual dan metabolisme adalah tiga proses tubuh dalam pengendalian sistem hormon yang eraksi secara bertahap sepanjang waktu sistem endokrin juga memegang peran penting dalam pemeliharaan lingkungan dalam yang tetap konsentrasi ion, gula, air dan berbagai garam dalam hormonal.

1.5 Reproduksi Buatan
Menurut Evans (1993), Proses produksi berhubungan dengan reproduksi yang mengubah hipotalamus pada guna detropin (binRH) atau modifikasi pada kelenjar pituiluly.
Menurut Yatim (1983) dalam Rustidja (1998), menyatakan bahwa perubahan jenis kelamin secara alami adalah perubahan kelamin yang disebabkan oleh faktor lingkungan dengan bawaan genetiknya, tidak berubah hanya karakter gelombang saja yang berubah, sedangkan perubahan jenis kelamin buatan merupakan suatu upaya untuk mengubah jenis kelamin dengan menggunakan hormon steroid sebagai perangsang, sehingga dapat diperoleh individu berjenis kelamin yang diinginkan.

1.6 Proses Maturasi pada Pemijahan Ikan Secara Alami dan Buatan
Muturasi Gonad dan tingkah laku memijah di pengaruhi oleh stimulus lingkungan di antaranya suhu, photoperiod, panjang penyinaran serta banyaknya curah hujan, dikenal mempunyai resepter diotak (Harvey dan Hoar, 1979 dalam Rustidja, 2000).



Menurut Richter dan Rustidja (1985), bagian maturasi, gamet sebagai berikut :














Rangkaian pokok pada kejadian-kejadian phisiologi berantai yang berasal dari penampungan rangsangan lingkungan untusk melepaskan gamet yang matang.

1.7 Keunggulan Hipofisasi
Hipotalamus melepaskan gonad releasing hormone (GARH) yang merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan gonadotrapic hormone (GTA) yang mengontrol perkembangan dan pemusatan gonad serta pemijahan (Yaron, 1995 dalam Yuwono dan Purnama, 2001).
Hypophyse adalah bagian yang penting dalam sistem endokrin. Dulu diperkirakan bahwa hypophyse mengatur semua fungsi endokrin karenanya disebut masker Glaned (Mattheij,dkk,1999).

1.8 Teknik Penyuntikan
Penyuntikan hormon kedalam tubuh dan dilakukan pada bagian otot daging (intra maskular), baik melalui selaput dinding perut (intropen toneal), melalui rongga dada (chest cavities) ataupun melalui pangkal sirip pectoral. Penyuntikan dilakukan dengan hormon gonadotropin atau HCG dan puberogen dengan dosis masing-masing 250 – 500 IU (international unit) dan 30 IU – 35 IU paling bobot induk penyuntikan dapat dilakukan 1 – 3 kali bila penyuntikan dilakukan sebanyak 2 kali maka selang waktu antara penyuntikan pertama dan kedua adalah 24 jam (Kordi, 2005).
Menurut Hariati (1990), cara melakukan penyuntikan sebagai berikut :
1. Intra muscular pada otot, punggung atau pangkal ekor (caudal peduncle) jarum suntik disisipkan antara sisik dan ditusuk sampai masuk dalam otot.
2. Intraperisteneal, dalam rongga perut, penyuntikan dilakukan pada bagian antara kedua sisip perut sebelah depan jarum suntik ditusukkan antara sisik menembus dinding perut.
3. Intracranial, dalam rongga otak penyuntikan dilakukan melalui tulang ocupital bagian yang tipis, tetapi jangan sampai kena otak.

1.9 Teknik Hipofisa
Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dari induk yang tidak mau memijah secara alami tetap memiliki nilai jual tinggi dengan kelenjar hipofisasi dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin (Susanto, 1996) pemijahan sistem hipofisasi menurut Muhammad et, al (2003) ialah merangsang penjualan induk ikan dengan menyuntikkan kelenjar hipofiso (Wibowo, 2009).
Menurut Hariati (1990), typohysasi adalah merangsang ikan untuk memijah atau terjadinya avulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar hypophysa. Tujuan dari hypophysasi adalah :
a. Merangsang pemijahan ikan-ikan yang masuk masak kelamin tetap tidak dapat memijah secara alami, karena kesadaran lingkungan yang tidak sesuai.
b. Mengintesifkan pembenihan dan mengurangi hortulitas, karena dengan hypophysasi kita dapat menangani untuk mendapat telur yang dibuahi baik secara pertumbuhan buatan atau alami yang kemudian diteteskan dengan sistem terkontrol
c. Dapat dilakukannya libido yaitu, dengan cara pembuahan buatan

1.10 Syaraf Ikan Donor dan Resepien
Menurut Hadymulia (1980) dalam Wibowo (2009), saraf ikan donor yang digunakan yaitu masak kelamin dan tidak boleh mati (tidak lebih dari 2 jam) beratnya 22 ikan resepien ikan resepien adalah jenis yang sama mempunyai bert 0.5 x ikan donor. Perkembangan ikan donor dan resepien yang digunakan adalah 3:1 yaitu 3 jantan dan 1 betina.
Menurut Yuliana (2009), kelenjar hipofiso dapat diambil dari donor lele dumbo atau menggunakan kelenjar hiperfiso dan ikan mas yang telah matang halaman dan telah berumur minimal 12 bulan.




1.11 GI
Selain indeks kematangan Yonad termaksud diatas ternyata bulls (1972) mengemukakan indek lain yang dinamakan Gonad indeks (GI) yaitu perbandingan antara berat gonad dengan panjang ikan yang rumusnya:
A1 = (Uma, 2009).
Menurut Bals (1972) dalam Effendi (2002), menggunakan perbandingan antara berat Gonad segar (gram) dengan panjang ikan (mm) dan menamakan indeks yang dapat “Gonado indeks” (G1) dengan perumusan
Gonado index (G1) =
Harga 108 merupakan suatu faktor agar didapatkan nilai GI mendekati harga satuan sehingga mudah melihat dan mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi. Tan dan tan (1974) dalam meneliti perkembangan Gonad ikan kerapu (hermoprodit) epinephelus havrina (forskal dari pulau hormon dan serawan di perairan laut Cina Selatan, menggunakan ‘Genoda Index” dengan rumus
Gonado index (GI)

1.12 GSI
Gonado somatic index yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad kemudian dikalikan 100 persen namun demikian nilai GSL saja tidak cukup memberikan informasi karakteristik aktivitas reproduksi9s (Rustidja, 2001).
Gonado somatic index (GSL) akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan pada ikan betina nilai GSL lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan (Effendie, 2002).

1.13 Tingkat kematangan gonad
Menurut Effendi (2002), tingkat kematangan Gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Broan dalam Uma, 1968) :
1. Dora organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu telur tidak terlihat dengan mata biasa.
2. Dara berkembang testes dan ovarium jernih, abu-abu merah panjangnya setengah atau lebih sedikit dan panjang rongga bawah telur satu per satu dapat terlihat dengan kaca pembesar
3. Perkembangan 1 testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler, gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah telur dapat terlihat seperti serbuk manusia.
4. Perkembangan II testes berwarna putih kemerah-merahan tidak ada sperma kalau bagian perut ditekan ovarium berwarna orange kemerah-merahan telur jelas dapat dibedakan bentuknya bulat telur ovarium mengisi kira-kira dua pertiga ruang bawah.
5. Bunting organ seksual mengisi ruang bawah testes berwarna putih keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dan pindahnya jernih dan masak
6. Mijah telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tingkat di dalam ovarium.
7. Mijah/ salin gonad belum kurang sama sekali tidak ada telur yang bulat telur
8. Salin testes dan ovarium kosong dan berwarna merah beberapa telur selang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9. Putih salin testes dan ovarium bewarna jernih, abu-abu sampai merah.
Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Begenal dan Braam, 1968 dalam Uma, 2009) adalah :
1. Dara
Organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang punggung testes dan ovarium transparan, tidak berwarna sampai abu-abu telur tidak terlihat dengan mata biasa.
2. Dara berkembang
Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah.
3. Perkembangan I
Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan pembuluh darah kapiler.
4. Perkembangan II
Testes putih kemerah-kemerahan tak ada pati jantan atau sperma kalau bagian perut ditekan ovarium berwarna orange kemerah-merahan.
5. Bunting
Organ seksual mengisi ruang bawah testes warnanya putih, telur bentuknya bulat.
6. Mijah
Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan, kebanyakan telurnya berwarna jernih.
7. Mijah/salin
Belum kosong sama sekali tak ada telur yang bentuknya bulat telur.
8. Salin/spent
Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah.
9. Pulin salin
Testes dan ovarium jernih abu-abu merah

2.METODOLOGI

2.1 Prosedur Kerja
























2.2 Fungsi Alat dan Bahan
2.2.1 Fungsi dan Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum fisiologi hewan air tentang enclokrinologi antara lain adalah sebagai berikut::
* Timbangan digital oz : Untuk mengetahui berat ikan yang diamati
* Pisau : Untuk memotong kepala ikan mas (ypiinus capic)
* Section set ; Untuk membedah ikan mas (ypiinus capic)
* Nampan ; Sebagai atas saat menimbang ikan dan saat ikan dibedah
* Ember : Sebagai tempat ikan sementara
* Mortar : Sebagai tempat untuk menghancurkan hipofisa
* Tabung reaksi : Sebagai tempat hipofiso yang telah dihancurkan di tambah 1 ml nafis
* Sentrifuge : Untuk tempat proses sentrifugasi
* Spuit : Sebagai tempat supernatan
* Meteran : Mengukur TL ikan
* Akuarium : Sebagai wadah ikan yang diamati
* Termometer : Mengukur suhu air dalam aquarium
* Heater : Untuk menatakan suhu air dalam aquarium
* Aerater : Sebagai penyuplai 02
* Lampu : Sebagai sumber penerangan
* Kamera digital : Alat untuk mengambil foto
* Kalkulator : Alat untuk menghitung nilai GSI dan GI


2.2.2 Fungsi Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum fisiologi, hewan air tentang endrorinologi antara lain:
1. Ikan mas (ypiinus capic) sebagai bahan yang diamati endokrinologinya
2. Air tawar sebagai media tempat obyek di amati
3. Lap basah sebagai penutup muka ikan saat ditimbang
4. Larutan Nu Fis larutan yang ditambahkan pada hipofiso dan bersifat isotonis
5. Aluminium foil bahan untuk menutup tabung reaksi dan dijaga suhunya agar tetap stabil
6. Kertas saring bahan sebagai alas hipofiso dan menyerap bendungan air
7. kertas label sebagai penanda spuit yang berisi laruta supernatant
8. ikan mas (ypiinus capic) betina sebagai ikan resepien
9. ikan mas (ypiinus capic) jantan sebagai ikan pendonor hipofiso

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur
Pada praktikum fisiologi Hewan air tentang endokrindogi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah siapkan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan antara lain adalah timbangan digital oz dengan ketelitian 28,35 gram, pisau, sedio set, nampan ember, mortar, tabung rekasi, sentrifuge, spuit, meteran, akuarium, termometer, heater, cierator, lampu, kamera digital dan kalkulator . sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah air tawar, indukan ikan mas jantan (Cyprinus corpio) indukan ikan mas betina (Cypinus carpio), nampan sebagai alas untuk menimbang dan sebagai tempat membedah ikan, ember sebagai tempat ikan sementara, mortar sebagai tempat menghaluskan hipofisa, tabung reaksi sebagai tempat alat untuk proses sentrifugasi yang bertujuan untuk mendapatkan supernatant, spuit 1 ml yang berfungsi sebagai tempat supernatant yang telah disentrifugasi, meteran sebagai alat untuk mengukur TL ikan, akuarium sebagai wadah ikan yang diamati, termometer sebagai alat untuk mengukur suhu air dalam akuarium, heaters sebagai alat yang berfungsi untuk menaikkan suhu dalam aquarium, aerator sebagai penyuplai O2, lampu sebagai sumber penerangan, kamera digital alat untuk mengambil foto dan kalkulator alat untuk menghitung nilai GI dan GSI, seset sebagai alat untuk mengambil ikan. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain ikan mas (Cypinus carpio) jantan sebagai ikan pendonor hipofisa, ikan mas (Cypinus carpio) betina sebagai ikan resipien atau penerima hipofisa, air tawar sebagai media tempat obyek yang diamati, lap basah sebagai penutup mata ikan saat ditimbang dan pada saat ikan disuntik dengan hipofisa, larutan Na – fis berfungsi sebagai bahan pelarut hipofisa dan bersifat sotonis, alumunium foil sebagai bahan yang digunakan untuk menutup tabung reaksi agar suhunya tetap stabil, kertas saring sebagai bahan alas hipofisa dan menyerap kandungan air, dan kertas label sebagai penanda pada spuit yang berisi larutan supernatant.
Ikan diambil dari kolam dengan digunakan seser, sehingga mempermudah dalam pengambilan lalu diletakkan diember sebagai tempat ikan sementara. Setelah alat dan bahan disiapkan langkah selanjutnya adalah ikan mas jantan (Cyrinus carpio) yang digunakan sebagai ikan donor disiapkan. Penggunaan ikan mas (Cypirus carpio) disini dikarenakan ikan mas (Cypirus carpio) mudah diambil spermanya dan hipofisanya dapat memicu pematangan gonad dari indukan betina. Selanjutnya, ikan ditimbang dengan digunakan timbangan digital Oz ketelitian 10-2 g, digunakan nampan sebagai alas dan lap basah sebagai penutup mata ikan agar tetap tenang pada saat ditimpang. Kemudian diamati ciri-ciri seks sekunder yaitu berupa ciri-ciri luar tubuh ikan yang menunjukkan sifat jantan atau betinanya. Biasanya yang diamati adalah pada warna tubuh, operculum, lubang genital dan pada bentuk tubuhnya. Selanjutnya dipotong kepala ikan dengan digunakan pisau pada bagian belakang operculum sampai kepala dan badannya benar-benar terputus langkah selanjutnya diambil hipofisanya, yaitu pada bawah otak dimana dilapisiselaput teratorsila setelah hipofisa didapatkan, kemudian diletakkan pada kertas saring yang berfungsi untuk menyerap air. Langkah selanjutnya adalah dihancurkan hipofisa dengan mortar sampai hipofisa benar-benar hancur lalu ditambah dengan Na-Fis yang merupakan larutan Na-Fis diletakkan pada tabung reaksi dan ditutup dengan alumunium foil yang bertujuan agar larutan tidak tumpah dan menjaga suhunya tetap stabil. Kemudian tabung reaksi yang telah dibungkus alumunium foil dimasukkan dalam sentrifugase yang berfungsi untuk memisahkan antara ekstrak hipofisa dengan ampasnya. Sentrifugasi dilakukan dalam kecepatan 2800 rpm selama 8 menit yang merupakan waktu maksimal untuk pemisahan ekstrak dengan ampas sebenarnya waktu yang lebih baik lagi adalah dengan kecepatan optimal jika lebih dari 3200 rpm dan selama 10 menit, namun dikarenakan alat rusak jadi hanya digunakan wkatu 8 menit.
Setelah terbentuk supernaton, selanjutnya supernaton diambil dalam spuit seluruhnya. Kemudian disiapkan ikan mas (Cyprinus carpio) betina yang berfungsi sebagai ikan resipien atau yang menerima hipofisa. Langkah selanjutnya adalah diamati ciri seks sekunder pada ikan resipien yang berfungsi untuk mengetahui jantan atau betinanya. Setelah itu ditimbang berat ikan dengan digunakan timbangan digital oz sebagai berat awal (Wo) lalu di ukur panjang tubuh (Total length) yaitu teranterior kepala sampai dengan teranterior sirip caudal. Kemudian disuntikkan supernaton pada daerah intramuscular atau pada bagian dorsal dimana antara kiri dan kanan harus sama volumenya. Disuntik pada bagian dorsal dikarenakan kemungkinan mati hanya sedikit. Lalu dihitung nilai latency time atau waktu saat matangnya gonad yaitu dengan rumus

Ket: T = suhu air pada saat pengamatan
Suhu air yang digunakan pada saat pengamatan adalah 28°C, setelah mencapai waktu LT, ikan resipien ditimbang beratnya dan dicatat sebagai (Wt). lalu ikan disectio dan diambil bagian seks primernya yaitu gonadnya. Setelah itu ditimbang berat gonad dan dicatat sebagai nilai Wg. Kemudian dihitung nilai GI (Gonado Index) dan nilai GSI (Gonado somatic index)

Ket : GSI : Gonado somatic Index
GI : Gonado Index
Wg : Berat gonad (g)
Wt : Berat akhir tubuh (g)
L : panjang tubuh total (mm)

4.2 Analisa Hasil
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air, tentang Endokrinologi didapatkan hasil sebagai berikut : dipilih ikan mas (Cyprinus carpio), karena hipofisa yang dimiliki ikan ini dapat dipakai untuk ikan manapun. Kemudian ikan resipien saat diamati seks sekunder pada kelompok 1 yaitu, perut ikan membesar, keadaan air jernih, lubang genital kemerah-merahan. Setelah pengamatan selama 11 jam yang telah disuntik hipofisa. Suhu naik, gerakan lebih banyak di dasar, perut membesar. Berat tubuh awal (Wg) 987 gram dan berat tubuh ikan (Wt) adalah sebesar 944,05 gram. Perubahan berat ikan sangat di pengaruhi oleh tingkat kematangan gonad, seperti yang dinyatakan oleh Nasution (2004) seperti halnya rainbow, untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina dapat dilihat dari warna tubuh, dimana ikan jantan memiliki warna yang lebih cerah dan menarik dibandingkan ikan betina yang lebih pucat. Tanda seksual ini disebut dichromatisme. Selain itu, seharusnya pada berat tubuh ikan resipien menjadi bertambah seiring dengan di suntikkannya hipofisa ke tubuh ikan, ini sesuai dengan pernyatan Effendie (2002), bahwa perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan secara matang sebelum terjai pemijahan. Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan vitellogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap perubahan dalam gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh.

4.3 Faktor Koreksi
Faktor koreksi dalam praktikum Fisiologi Hewan Air tentang Endokrimologi antara lain adalah:
- Kondisi ikan mas (Cyprinus carpio) masih ada yang belum matang gonad pada beberapa kelompok sehingga tidak semua kelompok dapat mengamati telur
- Kerusakan alat sentrifugasi, sehingga sentrifugasi tidak bisa dilakukan dengan kecepatan 3200 rpm, sehingga hanya sampai 2800 rpm saja
- suhu air dalam akuarium tidak stabil 28°C, sehingga tidak sesuai dengan Latency time awal.
- Saat pengambilan gonad ikan banyak lemak yang menyelubungi bagian gonad sehingga gonad ikan susah diamati
- kurang teliti dalam pengambilan gonad pada ikan
- kurang teliti dalam mengamati tingkah laku ikan

4.4 Manfaat di bidang Perikanan
Manfaat di bidang perikanan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air tentang Endokrinologi antara lain adalah:
- Dapat mengetahui proses teknik kematangan gonad pada ikan mas (Cyprinus carpio)
- Dapat mengetahui cara perhitungan GI dan GSI yang terkait dengan kematangan gonad
- Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kematangan gonad
- Dapat mengetahui letak hipofisa, letak gonad dan cara pengambilan hipofisa dan gonad sehingga kita juga dapat mengetahui pengaruh hipofisa terhadap tingkat kematangan gonad.




















5.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum mengenai endokrinologi terdapat beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil antara lain:
 Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya.
 Hormon adalah zat kimia organik yang dibentuk dalam sel atau kelenjar yang sehat dan normal, diekskresi langsung ke dalam darah dan dibawa ke sel/organ target.
 GSI (Gonadosomatic Index) adalah perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan, rumus: GSI = x 100%
 GI (Gonado Index) adalah perbandingan antara berat gonad dengan panjang tubuh ikan, rumus: x 10%.
 Kelenjar hipofisa mengandung hormon LH sebagai pengatur ovulasi dan FSH untuk meningkatkan perkembangan dan kematangan gonad.
 Letak tempat penyuntikan hipofisa antara lain infracranial (pada otak) inframuscular (pada otot) dan intra perifoneal (pada perut)
 Nilai GSI pada kelompok 5 adalah 8,947 gram dan nilai GI adalah 21,6%.

5.2 Saran
Pada praktikum mengenai endokrin, diharapkan untuk para praktikan agar lebih memperhatikan dan memahami materi dan lebih serius lagi dalam praktikum. Dan diharapkan agar lebih terampil lagi dalam penyuntikan hipofisa pada ikan.


DAFTAR PUSTAKA

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Yogyakarta.

Evans, D.H. 1993. The Physiology of Fishes. CRC Press: London

Hariati, Anik M. 1990. Diklat Pengantar Praktikum Biologi Perikanan. Universitas Brawijaya: Malang

Isnaeni, W.2006. Fisiologi Hewan. Kanisius: Yogyakarta

Kordi, M.G.H. 2005. Budidaya Ikan Laut. Rineka Cipta: Jakarta.

Kimball. 1983. Biologi jilid I. Erlangga: Jakarta

Mattheij, dkk. 1999. Reproduksi dan Dasar-dasar Endokrinologi pada hewan-hewan ternak. Universitas Brawijaya: Malang

Processor C. Ladd and Frank A Brown 1965. Comparative Animal Physiology.WB Sounders Company : America

Rustidja dan C.J.J Richter 1985 Pengantar Ilmu Reproduksi Ikan UNIBRAW Malang

Rustidja 1998 Sex Reversal Ikan Nila Universitas Brawijaya Malang

___2000. Prospek Pembekuan Sperma Ikan. Universitas Brawijaya Malang

¬¬¬___2001. Feromon Ikan. Universitas Brawijaya Malang

Svendsen per and Anthony M.C. 1984. An Introduction to Animal Physiology. MIP Press Limited. USA

Uma, Odela. 2009. Tingkat Kematangan Ikan. http://carrasius wordpress.com/2009/10/09/hello_world// diakses pada tanggal 30 November 2010 pukul 16.00 WIB

Ville. A. 1984. Zoologi umum. Erlangga Jakarta

Wibowo Luqman. 2009. Efek Hormonal pada Ovulasi dan pemijahan ikan. diakses pada tanggal 29 Novembember 2010. pukul 15.00 WIB

Yuwono. Eka dan Purnomo S. 2001. Fisiologi Hewan Air. Sanggung Sale. Jakarta

Yuliana. 2009. Proses Hipofisasi. Diakses pada 29 November 2010 pukul 18.10 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar