Minggu, 12 Desember 2010

RESPIRASI

PENDAHULUAN

Respirasi
Kalau fotosintesis itu suatu proses penyusunan (anabolisme atau asimilasi) dimana energi diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka proses pernapasan itu suatu proses yang sebaliknya, yaitu suatu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi), dimana energi yang tersimpan tadi ditibulkan kembali untuk menyelenggarakan proses – proses kehidupan (Dwijosaputro, 1986).
Istilah respirasi sel menyangkut proses enzim didalam sel dimana molekul karbohidrat, asam lemak dan asam amino diuraikan menjadi karbondioksidadan air dengan konservasi energi biologi yang sangat bermanfaat. Banyak enzim yang mengkatalisis reaksi ini terdapat dalam krista dan dinding mitokondrian. Semua sel hidup mendapatenergi biologis yang berguna dari reaksi enzimatik dimana elektron mengalir dari tingkat energilainnya (Villee.et.al, 1988).
Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup disebut pernapasan atau respirasi O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbondioksida. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi, secara langsung antara masing - masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya, untuk itu organ - organ tertentu yang bergabung dalam sistem pernapasan dikhususkan untuk melakukan pertukaran gas – gas pernapasan bagi keperluan seluruh tubuhnya. Ada dua tahap pernapasan, tahap pertama oksigen masuk kedalam dan pengeluaran karbondioksida keluar tubuh melalui organ – organ pernapasan disebut respirasi eksternal, dan pengangkutan gas – gas pernapasan dari organ – organ pernapasan ke jaringan tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh sistem sirkulasi. Tahap kedua adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel – sel dalam jaringan disebut respirasi internal. Difusi gas – gas pernapasan anatara lingkungan dengan pembuluh darah yang terdapat dibawah pembuluh respiratoris dapat terjadi jika permukaan tempat terjadinya pertukaran gas harus cukup luas dan tipis, selalu basah dan permeabel terhadap gas – gas pernapasan, dan terdapat perbedaan konsentrasi gas – gas pernapasan antara medium dan diluar darah (Suryani, 2010).

Jenis – Jenis Respirasi
Menurut Dwijosaputro (1986), Jenis – jenis respirasi dibagi menjadi dua yaitu repirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob ialah suatu proses pernapasan yang membutuhkan oksigen dari udara. Sedangkan pernapasan anaerob sebenernya dapat juga berlangsung didalam udara yang tersedia didalam udara itu. Pernapasan anaerob juga lazim disebut fermentasi, meskipun tidak semua fermentasi, meskipun tidak semua fermentasi itu anaerob.
Menurut Imamabro (2010), Respirasi dapat digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan ketersediaan. Respirasi aerob merupkan prosses respirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2, sebaliknya respirasi anaerob merupakan proses respirasi yang membutuhkan O2. Respirasi anaerob sering disebut juga dengan nama fermentasi. Perbedaaan antara keduanya akan terlihat pada proses tahapan reaksi dalam respirasi. Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas – gas secara keseluruhan berlangsung secara difusi oksigen yang digunakan dalam rspirasi masuk kedalam setiap sel dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2, yang dihasilkan respirasi akan berdifusi diluar sel dan masuk kedalam ruang antar. Hal setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, siklus kreb, dan transfer elektron. Jadi reaksi pembongkaran glukosa menjadi H2O + CO2 + energi, melalui tiga tahap yaitu:
Glikolisis
Siklus krebs
Transport elektron respirasi

Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi
Proses respirasi seluler dipengaruhi disatu sisi harus deperhatikan adalah jenis, usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan dan persyaratan energi dari binatang serta beberapa faktor eksternal diantaranya adalah suhu, gelar air murni/polusi, karakteristik osmotik, air sungai dll. Cluler respirasi ikan yang telah diteliti oleh beberapa ilmuwan bahwa pada spesies lainnya dan difokuskan pada aspek – aspek lain sepertipengaruh suhu, bahan kimia mediater, beberapa inhibator atau polition dll (Gleberg, 1958 dalam Neansu, 2009).
Respirasi yang berlangsung spontan, tergantung pada debit berirama (kurangnya dari kebutuhan harian) dari pucat respirasi yang terletak pada medulla oblongata. Bila syaraf eferen dari pusat ke otot pernapasan terganggu atau bila pusat itu sendiri hancur, pernapasan berhenti. Perubahan repitarory bergantung pada perubahan dari pelaksanaan berirama (Svendsen and Anthony, 1984).

Sumber Oksigen Dalam Air
Menurut Kordi dan Tancung (1997), oksigen dalam air tambak dihasilkan melalui proses difusi dari udara yang mengandung 20,95% oksigen. Proses ini terjadi secara cepat pada selaput permukaan air namun berjalan sangat lambat kelapisan yang lebih kedalam sumber oksigen lainnya adalah fitoplankton. Jasad hidup melalui proses fotosintesis dapat menghasilkan oksigen seperti terlihat dari persamaan berikut :
6CO2 + 6H2O Cahaya/Klorofil C6H12O6 + 6O2
Proses fotosintesis ini dapat menghasilkan oksigen sedimikian besarnya sehingga kadar oksigen dalam mencapai lewat jenuh (over sateratea). Terkadang mencapai 250% saturasi (jenuh)n produksi oksigen melalui proses tersebut tergantung antara lain pada keadaan penyinaran matahari dan kepadatan plankton. Sumber oksigen lainnya adalah aliran air yang baru masuk kedalam tambak atau kolam. Air baru umumnya mengandung kadar oksigen lebih tinggi dan sewaktu air tersebut masuk kedalam tambak/kolam kadar oksigen dapat lebih meningkat karena turbelensi/arus air.
Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat diatmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novanty dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003). Difusi oksigen dari atmosfer kedalam air dapat terjadi karena agitasi atau pergerakan massa air akibat adanya gelombang atau ombak dan air terjun (Effendi, 2003).

DO (Oksigen Terlarut)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen=DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan. Proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, O2 yang dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik (Salmin, 2005).
Kandungan O2 terlarut (DO= Dissolved Oxygen) minimal 4ppm (part million). Beberapa ikan hidup dengan baik pada kandungan O2 kurang dari 4ppm. Terutama ikan – ikan yang mempunyai alat pernapasan tambahan, yang memungkinkan mengambil O2 langsung dari udara bebas seperti lele, sepat, gabus, gurami tambahkan dan betok (Kordi, 2008).
Mekanisme Masuknya Oksigen Ke Perairan
Oksigen dalam air tambak dihasilkan melalui proses difusi dari udara yang mengandung melalui proses difusi dari udara yang mengandung 20,95% oksigen. Proses ini terjadi secara cepat pada selaput permukaan air tetapi berjalan sangat lambat ke lapisan yang lebih dalam karenanya, udara kurang berperan sebagai sumber oksigen dalam air, kecuali disertai usaha untuk mempercepat difusi dari selaput permukaan tersebut ke lapisan air yang lebih dalam, misalnya dengan alat aerator atau dengan kekuatan angin. Proses difusi ini baru dapat terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan oksigen didalam air dan diudara (Cholik, 1998 dalam Kordi, 2009).
Menurut Agni (2010). Air mengandung oksigen dalam jumlah tertentu tergantung dari kondisi air itu sendiri, beberapa proses yang menyebabkan masuknya oksigen dalam air yaitu :
Difusi oksigen dari udara kedalam air melalui permukaan yang terjadi karena adanya gerakan molekul – molekul udara yang tidak berukuran karena terjadi benturan dengan molekul air sehingga O2 terlihat didalm air. Proses difusi ini akan selalu terjadi bila pergerakan air yang mampu menggunakan oksigen, karena kandungan O2 didalam udara yang jauh lebih banyak.
Diperairan umumnya, pemasukkan oksigen kedalam air terjadi karena air yang masuk sudah mengandung oksigen, kecuali itu dengan aliran air, mengakibatkan gerakan air yang mampumendorong terjadinya proses difusi oksigen dari udara kedalam air.
Hujan yang jatuh secara tidak langsung kan meningkatkan O2 didalam air. Pertama suhu air akan turun, sehingga kemampuan air mengikat oksigen meningkat, selanjutnya bila volume air bertambah dari gerakan air, akibat jatuhnya air hujan akan mampu meningkatkan O2 didalam air.
Proses asimilasi tumbuh – tubuhan, tanaman air yang seluruh batangnya ada didalam air diwaktu siang akan melakukan proses asimilasi, dan akan menambah O2 didalam air, sedangkan pada malam hari tanaman tersebut menggunakan O2 yang ada didalam air. Pengambilan air O2 didalam air disebabkan oleh :
Proses pernapasan binatang dan tanaman air.
Proses pembongkaran (metralisasi) bahan – bahan organik.
Dasar perairan yang bersifat mereduksi, dasar demikian hanya dapat ditumbuhi bakteri yang anaerob saja, yang dapat menimbulkan hasil pembakaran.

Konsumsi Oksigen Dalam Perairan
Meskipun beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3ppm, namun konsentrasi minimum yang dapat diterima sebagian besar spesies biota air budidaya untuk hidup dengan baik adalah 5ppm. Pada perairan adalah 5-7ppm. Hanya ikan – ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan yang mampu hidup pada perairan yang kandungan oksigen rendah, seperti lele, gurami, sepat betok dan gabus (Kordi dan Andi. 2007).
Kebutuhan oksigen hewan air sangat bervariasi tergantung dari ukuran, spesies, pakan yang dimakan, aktifitas, suhu perairan, konsentrasi DO dan sebagainya. Dalam lingkungan yang sama, delapan spesies air tawar mengkonsumsi oksigen rata – rata 205 sampai dengan 500mg oksigen/kg fish/hr, kecuali ikan lele dengan perbedaan ukuran dan kondisi yang tidak memungkinkan, membutuhkan respirasi rata – rata yang berbeda (Andrews and Matsuda, 1975), yaitu sebagai berikut : ikan 5g, membutuhkan 1.225 mg O2/kgfish/hr 10 g, membutuhkan 1.050 mg O2/kg/jam, 50 g, 750 mg O2/kg/jam 100 g, 625 mg O2/kg/jam, 500 g, 480 mg O2/kg/jam, 1000 g, 625 mg o2/kg/jam. Oksigen dikonsumsi lebih cepat oleh ikan yang lambat makan dari pada ikan yang mampu mengkonsumsi makanan lebih cepat (Andayani, 2005).

Fase – Fase Respirasi
Perpindahan oksigen dari lingkungan ke dalam sel dapat divisualisasikan dalam beberapa langkah, ventilasi insang, difusi branchial langkah dapat di deskripsikan secara kuantitatif, peningkatan yang berguna dalam indentifikasi faktor pendukung untuk pemasukan dan pembatasan pendistribusian O2. Dalam bagian ini diperlihatkan secara jelas tiga langkah pertama diutamakan pada distribusi O2 dari sel kelingkungan. Beberapa aspek dalam pertukaran gas pada ikan telah dikaji dalam beberapa tahun (e.g,Jones and Randall, 1978;Randall, 1982, 1990; Randall et.al, 1982; Randall and Daxboock, 1984; Perry 1986; Butler and mefcalfe, 1988; Cameron, 1989; Heisker, 1989; Perry and Wood, 1989; Pliper, 1989; Jensen, 1991 dalam Evans, 1993).
Mekanisme pernafasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat oleh kapilar darah untuk dibawa ke jaringan. Jaringan yang membutuhkan sedikitnya, pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan diekskresikan keluar tubuh (Arfian.dkk, 2010).
Pada ikan, organisme air, pertukaran gas repirasi terjadi melalui insang (mewakili sistem vertilasi) dan melalui sistem sirkulasi optimity, sedangkan proses respirasi selular dekembangkan didalam berbagai jenis sel, dengan partisipasi dari metokondria dan beberapa sistem spesifik enzim atik. Intensitas proses respirasi celuler dipengaruhi oleh serangkaian faktor khususnyajenis, usia, jenis kelamin, kondisi kelihatan dan persyaratan energik dari binatang, serta beberapa faktor eksternal suhu, gelar air murni/polusi, karakteristik osmotik, air sungai dll. Respirasi seluler ikan telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumny, pada spesies lainnya dibawah kondisi seperti pengaruh suhu, bahan kimia mediator, beberapa inhibitor atau polutan dll (Ekberg, 1958, Perry and Tufts, 1998, Brouner dan Berenbrink, 2007; fermandes et.al, 2007 dalam Neacsu, 2009).

Hubungan Suhu Dengan Respirasi
Suhu pada lingkungan akuatik relatif stabil sehingga hewan yang hidup didalamnya tidak mengalami permasalahan suhu lingkungan yang rumit. Dalam lingkungan akuatik hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan cara evaporasi pelepasan panas melalui reduksi juga sangat kecil kemungkinannya karena air merupakan penyerapan radiasi infra merah yang efektif. Pelepasan panas dari tubuh hewan (ikan) terutama terjadi melalui insang. Air juga merupakan peredam panas yang baik kelebihan panas dari tubuh ikan akuatik akan diserap atau dihamburkan oleh air sehingga suhu tubuh ikan atau stabil dan relatif sma dengan suhu air disekitarnya (Isnaeni, 2006).
Suhu merupakan salah satu faktor abiotik penting yang mempengaruhi aktivitas, nafsu makan, konsumsi oksigen, dan laju metabolisme krustase (Kumlu et.al, 2001, Zaeharin dan Kakati, 2004). Pengaruh utama suhu adalah meningkatkan laju pergesekan intermokuler dan laju reaksi – reaksi kimia (Reiber dan Birchard, 1993 dalam Karim, 2007).

Organ Respirasi Ikan Demersal Dan Ikan Pelagis
Beberapa ikan laut (pelagis) membiarkan mulutnya terbuka dan menggunakan gerakan majunya untuk mengalirkan air melalui insang, proses ini disebut vertilisasi dorong. Jika gerakan makeral melebihi 0.4 m per detik maka gerakan memompa operculum menjadi lambat dan halus melebihi 0.6 m vetilisasi dorong (Villee, 1984).
Ikan dasar dan atlantik load fish (opramus) memiliki permukaan insang sekitar 2 cm2/g dari berat badan lain lagi nilainya sekitar 4 cm2/g, pada ikan maharel (soember) saat melakukan aktivitas dan herring (plupia) memiliki luas permukaan insang sampai 10 cm2. Tapi luas permukaan insang ini tergantung dari tingkat aktivitas dan rata – rata konsumsi oksigen. Pernapasan pada permukaan kulit terjadi melalui insang ukuran kapiler darah dibawah lapisan kulit (Suryani, 2010).






















METODOLOGI

Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum fisiologi hewan air yang mempelajari tentang respirasi yaitu :


Diisi air ¾ bagian
Dimasukkan es batu
Ditunggu media air sampai pada suhu 15oC
Diukur DOo dengan DO meter

Dimasukkan ke dalam toples
Diamati bukaan mulut tiap 3 menit sebanyak 5 kali
Diukur DOt nya dengan DO meter


Fungsi Alat Dan Bahan
Fungsi Alat
Alat yang digunakan pada praktikum fisiologi hewan air, tentang respirasi adalah :
Thermometer : digunakan untuk mengukur suhu
perairan dengan satuan oC.
Hand tally counter : digunakan untuk menghitung
jumlah bukaan mulut ikan selama 3
menit sebanyak 5 kali.
Toples : digunakan sebagai wadah media
dari objek yang diamati.
DO meter satuan (mg/l) : digunakan untuk menghitung
kandungan oksigen terlarut (DO)
disuatu perairan.
Seser : digunakan untuk mengambil ikan
Fungsi Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum fisiologi hewan air, tentang respirasi adalah :
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) : sebagai objek yang diamati
respirasi.
Es batu : digunakan untuk
menurunkan suhu.
Air tawar : digunakan sebagai media
hidup ikan.












DATA HASIL PENGAMATAN

Tabel ∑ Respirasi
KEL. ULANGAN ∑R RATA-RATA
31 32 33 34 35
1. 13 9 7 7 0 36 7
2. 25 12 - - - 37 7
3. 3 12 13 17 2 47 9
4. 30 39 36 32 15 152 30.4
5. 290 291 308 308 297 1494 298
6. 266 184 224 212 229 1115 223
7. 170 201 234 124 163 892 174
8. 266 300 299 305 354 1524 304

Tabel DO
KEL. DOo (mg/l) DOt (mg/l) ∑R RATA-RATA
1. 16.5 14.1 36 0.67
2. 12.1 0.5 37 0.31
3. 4.5 9.7 47 0.11
4. 13.6 7.8 152 0.038
5. 11.7 8.1 1494 0.0025
6. 13.4 7.4 1115 0.005
7. 8.8 7.5 892 0.001457
8. 9.1 7.9 1524 0.0007874









DATA PERHITUNGAN
Rumus Kebutuhan O2
3n =((〖DO〗_O– DOt)¦(∑▒R)) ×Bukaan Mulut Ikan


Kelompok 1

31=((16,5– 14,1)¦36) ×13
= 0,67 x 13
=8,71 mg/l

32= 0,67 x 9
= 6,03 mg/l
33= 0,67 x 7
= 4,69 mg/l
34= 0,67 x 7
= 4,69 mg/l
35= 0,67 x 0
= 0 mg/l

Kelompok 2

31=((12,1–0,5)¦37) ×25
= 0,31 x 25
= 7,75 mg/l
32= 0,31 x 12
= 3,72 mg/l
33= 0,31 x 0
= 0 mg/l
34= 0,31 x 0
= 0 mg/l
35= 0,31 x 0


Kelompok 3
31=((4,5– 9,7)¦47) ×3
= 0,11 x 3
= 0,33 mg/l
32= 0,11 x 12
= 1,32 mg/l
33= 0,11 x 13
= 1,43 mg/l
34= 0,11 x 17
= 1,87 mg/l
35= 0,11 x 2
= 0,22 mg/l

Kelompok 4
31=((13,6– 7,8)¦152) ×30
= 0,038 x 30
= 1,14 mg/l
32= 0,038 x 39
= 1,482 mg/l
33= 0,038 x 36
= 1,368 mg/l
34= 0,038 x 32
= 1,216 mg/l
35= 0,038 x 15
= 0,57 mg/l




Kelompok 5
31=((11,7– 8,1)¦361494) ×290
= 0,0024 x 290
= 0,696 mg/l
32= 0,0024 x 291
= 0,6984 mg/l
33= 0,0024 x 308
= 0,7392 mg/l
34= 0,0024 x 308
= 0,7392 mg/l
35= 0,0024 x 297
= 0,7128 mg/l

Kelompok 6
31=((13,4– 7,4)¦1115) ×266
= 0,0054 x 266
= 1,4364 mg/l
32= 0,0054 x 184
= 0,9936 mg/l
33= 0,0054 x 224
= 1,2096 mg/l
34= 0,0054 x 212
= 1,1448 mg/l
35= 0,0054 x 229
= 1,2366 mg/l

Kelompok 7
31=((8,8– 7,5)¦892) ×170
= 0,001457 x 170
= 0,24769mg/l
32= 0,001457 x 201
= 0,292857 mg/l
33= 0,001457 x 234
= 0,361998 mg/l
34= 0,001457 x 124
= 0,180668 mg/l
35= 0,001457 x 163
= 0,237491 mg/l

Kelompok 8
31=((9,1– 7,9)¦1524) ×266
= 0,000787 x 266
= 0,209342 mg/l
32= 0,000787 x 300
= 0,2361 mg/l
33= 0,000787 x 299
= 0,180223 mg/l
34= 0,000787 x 305
= 2,40035 mg/l
35= 0,000787 x 354
= 0,278598 mg/l








4.PEMBAHASAN

Analisa Prosedur
Sebelum melakukan praktikum fisiologi hewan air yang mengenai respirasi adalah kita harus mempersiapkan alat dan bahannya terlebih dahulu. Alat yang digunakan pada praktikum respirasi adalah thermometer yang berfungsi sebagai mengukur suhu perairan dengan satuan oC, hand tally counter berfungsi sebagai menghitung jumlah bukaan mulut ikan yang diamati selama 3 menit sebanyak 5 kali, toples berfungsi sebagai wadah media dan objek yang diamati, DO meter yang berfungsi sebagai menghitung kandungan oksigen terlarut disuatu perairan dengan satuan (mg/l) dan alat yang terakhir yaitu seser, yakni berfungsi sebagai mengambil ikan.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum fisiologi hewan air mengenai respirasi ini adalah : ikan nila yang berfungsi sebagai objek yang dimati respirasinya, es batu berfungsi untuk menurunkan suhu dan air tawar berfungsi sebagai media. Setelah alat dan bahan sudah disiapkan maka berlanjut ke prosedur berikutnya.
Prosedur kerjanya adalah pertama kita siapkan toples dan isi toples dengan air sebanyak ¾ bagian, apabila toples di isi air terlebih dahulu maka air akan tumpah. Kemudian masukkan thermometer dalam toples untuk mengukur suhu air. Pada kelompok 4 mendapat ukuran 15o C maka suhu airnya kita turunkan dengan memasukkan es batu. Kita tunggu ukuran suhu air sampai 15oC, ukuran DOo dengan menggunakan DO meter, setelah ditemukan hasil DO ikan nila diambil dengan menggunakan seser, masukkan ikan nila kedalam toples yang berisi air dengan ukuran suhu 15oC. Kemudian amati bukaan mulut ikan nila tersebut tiap 3 menit sebanyak 5 kali. Sesudah dihitung lalu ukur DOt dengan menggunakan DO meter. Dan menggunakan rumus
Rumus kebutuhan DO
3n =((〖DO〗_O– DOt)¦(∑▒R)) ×Bukaan Mulut Ikan
Setelah sudah ketemu hasilnya DOo dan DOt hitung rata-ratanya. Dan catat hasilnya yang akan digunakan sebagai data pengamatan.

Analisi Hasil
Dari data pengamatan pada praktikum fisiologi hewan air (FHA) dengan mengenai materi respirasi. Dan pengamatan di respirasi ini tentang bukaan mulut ikan pada 3 menit pertama adalah 30 kali, pada 3 menit kedua adalah 39 kali, pada 3 menit ketiga adalah 36 kali. Pada 3 menit keempat 32 kali sedangkan pada 3 menit ke lima 15 kali. Dari data pengamatan bukaan mulut 3 menit sebanyakk 5 kali didapat jumlah total bukaan mulut (∑R) adalah 152 kali dan rata-rata bukaan mulut ikan 30,4.
Untuk pengamatan DO didapatkan hasil sebagai berikut, DO awal (DO0) adalah 13,6 mg/l sedangkan DO akhir (DOt) adalah 7,8 mg/l. Jumlah bukaan mulut yang didapat (∑R) adalah 152 dan gunakan rumus ((〖DO〗_O– DOt)¦(∑▒R)) didapat hasilnya adalah 0,038. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan DO sebesar 5,8 mg/l. ini dikarenakan suhu air yang di toples dingin, sehingga menyerap ikan sangat sedikit melakukan metabolism sehingga kadar O2 lama-kelamaan berkurang dan menurun.
Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air, semakin tinggi suhu air semakin rendah daya larut oksigen didalam air dan sebaliknya (Boyd, 1981 dalam Kordi, 2009).
Kenaikan suhu pada suatu perairan menyebabkan kelarutan oksigen (DO) Dissolved Oksigen di perairan akan menurun, sehingga kebutuhan akan oksigen semakin bertambah degan pergerakan operculum yang semakin cepat penurunan suhu pada suatu perairan dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam perairan meningkat sehingga kebutuhan organisme dalam air terhadap oksigen semakin berkurang (Daramadi,2009)
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa grafiknya mengalami naik turun. Nilai bukaan mulut ikan. Disini kita bias lihat bahwa suhu air yang berbeda mempengaruhi metabolism tubuh ikan. Kita lihat pada kelompok 1,2,3,4 yang menggunakan suhu rendah, apabila ikan nila (oreochronis niloticus) di masukkan ke dalam suhu rendah akan lebih jarang ikan membuka mulutnya. Dan pada suhu tinggi yang didapat oleh kelompok 5,6,7,8 ikan lebih sering membuka mulutnya. Jadi dapat kita simpulkan mengenai grafik diatas bahwa kelompok satu lebih sedikit bukaan mulutnya dan pada kelompok 8 lebih banyak bukaan mulutnya.
Maka bisa kita simpulkan antara suhu tinggi dan rendah, yaitu semakin tinggi suhu dalam air, maka akan berpengaruh terhadap metabolism tubuh ikan. Sehingga jika suhu menurun maka proses metabolism akan lambat dan kandungan oksigen di perairan tersebut masih banyak.



Faktor Koreksi
Dalam praktikum Fisiologi Hewan Air (FHA) diperoleh beberapa factor koreksi yang perlu di perhatikan, antara lain :
Peralatan yang kurang memadai sehingga data yang didapat kurang akurat
Thermometer yang sudah retak
Kondisi ikan yang tidak sehat dan segar lagi sehingga ikan cepat mati saat pengamatan
Kesalahan praktikan mengasumsikn bagaimana mempertahankan suhu dengan cara yang salah.

Manfaat Di Bidang Perikanan
Dari praktikum Fisiologi Hewan Air (FHA) tentang respirasi dapat hasil
Dapat mengetahui proses respirasi pada ikan
Dapat mengetahui factor-fakto yang mempengaruhi kadar O2 di perairan
Dapat mengetahui peranan suhu terhadap kadar O2 dalam perairan
Dapat mengetahui organ-organ respirasi pada ikan dan fungsinya.
Walaupun ikan dapat bertahan pada konsentrasi DO yang rendahh terutama jika konsentrasi CO2 bebasny rendah, maka akan berbahaya bagi ikan. Ketahanan tubuh anak ikan melemah bila konsentrasi DO nya mencapai 4 mg/l atau lebih rendah lagi. Pertumbuhan anak ikan akan menurun pada konsentrasi DO nya lebih rendah 7,8 mg/l. Hal ini terlihat dari hasil penelitian Andrews Etal (1973). Pada 3 tingkatan DO untuk budidaya ikan lele (100, 60, dan 36%) menunjukkan bahwa kecepatan makan ikan menurun dengan berkurangnya DO (Andayani, 2005).

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum respirasi dapat kita simpulkan sebagai berikut :
Respirasi adalah proses masuknya O2 dalam tubuh dan keluarnya CO2 dari tubuh, tujuannya untuk menghasilkan energi dan kebutuhan metabolisme
Respirasi ada dua :
Respirasi Aerob : respirasi yang membutuhkan O2
Respirasi Anaerob : respirasi yang tidak membutuhkan O2
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah
Internal : usia, berat tubuh, ukuran, jenis kelamin
Eksternal : aktivitas, suhu, PH, salinitas, kadar O2, kadar CO2, kondisi lingkungan.
Sumber oksigen dalam air berasal dari
Difusi udara
Agitasi atau pergerakan, misalnya ombak, hujan, dan lain-lain
Hasil fotosintesis tumbuhan air dan fitoplankton
Data hasil pengamatan respirasi didapat
3 menit pertama sebanyak 30 kali
3 menit kedua sebanyak 39 kali
3 menit ketiga sebanyak 36 kali
3 menit keempat sebanyak 32 kali
3 menit kelima sebanyak 15 kali
Hasil pengamatan DO dalam praktikum adalah kandungan udara terlarut pada awal (DO0) adalah 13,6 mg/l dan kandungan udara terlarut pada akhir (DOt) adalah 7,8 mg/l
Jumlah bukaan mulut ikan adalah 152 kali
Dari rumus mencari kebutuhan O2 ((〖DO〗_O– DOt)¦(∑▒R)) didapat hasil 0,038
5.2 Saran
Dalam praktikum kali ini terjadi kerusakan alat, harapan kedepan, praktikum lebih berhati-hati dan mengetahui prosedur laboratorium.



















DAFTAR PUSTAKA

Afrian. 2010. Respirasi . http// blog-unila.ac.id/rioarfian/2010/05/22/respirasi/ Diakses tanggal 4 oktober 2010 pukul 09.00 WIB
Agri.2010. mekanisme masuknya oksigen ke perairan. http//zona-ikan.wordpress.com/2010/07/07/oksigen-bagi-ikan diakses pada tanggal 4 oktober 2010 pukul 09.00 WIB
Andayani.2010. Diklat Kuliah Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya : Malang
Darmadi.2010. Fisiologi Hewan. http//dhamadharma.wordpress.com/2009/12/21/laporan_praktikum_fisiologi_hewan_air_operculum_ikan_mas. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2010 pukul 19.30 WIB
Dwijoseputro,D.1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta.
Effendi.2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius : Yogyakarta
Evans, David.H. 1993. The physiology of Fishes. Gainessville : Florida
Isnaini. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius : Yogyakarta
Imamablor.2010.respirasi.http//imamablor.wordpress.com/2010/03/29/proses respirasi dan termoregulasi. Diakses pada tanggal 4Oktober 2010 pukul 18.00 WIB
Karim.2007. Pengaruh Salinitas dan Bobot Terhadap Konsumsi Kepiting Bakau (Scylla Erruta Forskal). http//pasca.unhas.ac.id/jurnal.pdf. diakses pada tanggal 4 Oktober 2010 pukul 10.11 WIB
Kordi KM Gufron.2008. Budidaya Perairan Buku Pertama. Citra Aditya Bakti. Bandung
. . 2009. Budidaya Perairan Buku Kedua. Citra Aditya Bakti. Bandung
Kordi KM Gufron H and Andi Baso Tancung.2007.Pengelolaan kualitas air dalam budidaya perairan. Rineka Cipta : Jakarta
Neacsu.2009. antic copara sitary treatment on cellular respiration of some cultured cyrimid spesies. http//www.unic.co/publicatii/ rnale-biochime.pdf diakses pada tanggal 5 Oktober 2010 pukul 16.00 WIB
Salmin.2005.oksigen terlarut dan kesuburan oksigen untuk penentuan kualitas perairan . http://images.atoxsmd.multiplaycontent.com diakses pada tanggal 4 Oktober 2010, pukul 13.45 WIB
Suryani.2010. system pernafasan pada pisces. http://niesurya.blogspot.com/2010/02/sistempernafasanpadapisces.html diakses pada tanggal 4 Oktober 2010, pukul 13.45 WIB
Svedsen and Anthony.1984. anintroduction to animal physiology second edition. MT press lmited : England
Ville, A. Cloude. 1984. Zoologi Umum. Erlangga : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar