Kamis, 23 Desember 2010

PEWARNAAN TUBUH IKAN DAN FOTOTAKSIS

1. PENDAHULUAN

1.1. Pengertian dan Jenis Fototaksis
Pola ikan pada umumnya akan membentuk schooling pada saat terang dan menyebar saat gelap dalam keadaan tersebar ikan akan lebih mudah dimangsa predator dibanding pada saat berkelompok. Adanya pengaruh cahaya buatan sehingga memungkinkan mereka membentuk schooling dan lebih aman dari predator-predator. Ikan yang tergolong fototaksis positif akan memberikan respon dengan mendeteksi sumber cahaya, sedangkan ikan-ikan yang bersifat fototaksis negatif akan bergerak menjauhi sumber cahaya (Ciptaningtyas 1999 dalam Makwim 2010).
Fototaksis adalah gerak taksis yang disebabkan oleh adanya rangsangan berupa cahaya (Albawayka, 2010).Menurut Sukardi,dkk (2007), terjadinya adaptasi mata ikan atau respon terhadap adanya cahaya (fototaksis positif) dapat ditandai dengan naiknya kon (cone) yang terdapat pada retina mata ikan.

1.2. Pewarnaan Tubuh
Menurut Agusindra (2010), telah dipahami dan diklarifikasikan, pewarnaan pada tubuh ikan dikelompokkan menjadi tiga kategori umum berdasarkan fungsinya, yakni kamuflase, menjual diri, dan sebagai topeng mimikri.
 Kamuflase
Tipe pewarnaan ini merupakan yang paling banyak dipakai oleh ikan dan tergolong sangat penting. Banyak dipakai oleh ikan untuk menghindar dari berbagai macam predator yang siap untuk memangsa.
 Menjual diri
System menjual diri adalah fungsi lain warna dan perubahan warna pada ikan. Di dalam air, air yang sudah padat dengan berbagai macam makhluk, “menjual diri” merupakan salah satu strategi untuk menjaga eksistensi, identitas dan juga mencari pasangan.
 Mimikri
Mimikri merupakan tipe umum ketiga dari pewarnaan dan proses barunya oleh ikan, dalam rangka pertahanan diri atau bertahan . beberapa jenis ikan penguraikan penampakan (atau tingkah laku) dari spesies lainnya untuk mempertahankan diri dan atau sekalian memangsa.
Zat warna pada kulit sangat berguna untuk menahan cahaya ultraviolet dari sinar matahari yang dapat merusak jaringan kulit. Bila terlalu lama berjemur di bawah sinar matahari warna kulit akan berubah menjadi semakin gelap. Di lain pihak ada jenis ikan dan salamander yang hidup di dalam gua yang gelap tidak memiliki warna sama sekali. Warna putih dengan sedikit kemerah-merahan disebabkan oleh warna darah yang ada di permukaan kulit. Jika hewan tersebut dipelihara di aquarium dibawah sinar matahasi, setelah beberapa hari akan timbul bintik-bintik warna cokelat kehitaman di bagian tubuh yang terkena sinar matahari. Hal ini dan juga yang kita alami jika sering terkena sinar matahari dapat terjadi karena adanya pembekuan pigmen (Adisendjaja, 2003).
Perubahan warna ikan dari warna dasarnya telah banyak diketahui,perubahan-perubahan tersebut dengan perantaraan dari aktivitas pigmen-pigmen.Pada intergumen yang mengandung sel-sel disebut kromatophore-kromatophore(Fujii,1969 dalam Rustidja,1996).

1.3. Core dan Rod pada Ikan dan Udang
Menurut Villee, et al (1984), cahaya mengenai sel-sel batang dan kerueut, dan mengaktifkannya, sel-sel ini kemudian membangkitkan impuls saraf. Segmen luar tiap batang mempunyai perluasan system membrane sel dan sejumlah besar pigmen radopsin (Yunani, rhudan. Merah jambu , opsis, penglihatan) telibat dalam membran ini. Diketahui bahwa sel kerucut mengandung pigmen peka-cahaya, iodopsin, yang terdiri atas retina dan protein yang berbeda. Sel kerucut tidak sepeka sel batang terhadap cahaya dan tidak dapat memberi penglihatan dalam cahaya redup. Fungsi utama sel kerucut adalah untuk mengenal warna.
Pancaran cahaya dari sebuah obyek difokuskan dalam retina untuk menghasilkan pentulan gambar. Retina terdiri dari dua jenis reseptor untuk cahaya. Cone untuk membedakan warna dan rode untuk mengatur insentisas cahaya (Suendsen and Anthony, 1984).

1.4. Pengaruh Cahaya Terhadap Pergerakan Ikan
Cahaya merupakan bagian yang fundamental dalam menemukan tingkah laku ikan di laut (Woodheat, 1966), stimuli cahaya terhadap tingkahlaku ikan sangat kompleks antara lain intensitas. Sudut penyebaran, polarisasi, komposisi spektralnya dan lama penyinaran (Hiwl, 1963) telah melakukan suatu telaah mengenai menglihatan dan penerimaan cahaya oleh ikan dan menyimpulkan bahwa mayoritas mata ikan larut sangat tinggi rensifilasnya terhadap cahaya. Tidak semua cahaya dapat diterima oleh mata ikan, cahaya yang dapat diterima memiliki panjang gelombang pada interval 400-750m. (Mitsugi, 1974 nikororav 1975 dalam Sucitra 2010).
Cahaya yang dikeluarkan oleh jasad hidup dinamakan iuminens, yang umumnya berwarna biru atau biru kehijauan. Terdapat dua sumber cahaya yang dikeluarkan oleh dan keduanya terdapat pada kulit, yaitu cahaya cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang bersimbiose dengan ikan cahaya yang dikeluarkan oleh ikan itu sendiri. Ikan-ikan yang dapat mengeluarkan cahaya umumnya tinggal dibagian laut dalam dan hanya sedikit yang hidup diperairan dangkal. Sebagian daripadanya bergerak kepermukaan untuk mencari makanan. Ikan-ikan ini umumnya mendiami habitat pada kedalaman antara 500-1.000 meter (Rahardjo, 1989).

1.5. Klasifikasi Warna
Menurut Adi Sendjaja (2003), selain tidak berwarna binatang yang hidup di gua juga tidak mampu melihat warna. Berkaitan dengan hal tersebut ada aturan yang cukup berlaku umum tetapi tentu ada pengecualian. Aturan tersebut adalah aturan Gloger, yang berbunyi : Pada spesies hewan yang homoplem (berdarah panas), pigmen hitam meningkat habitat yang hangat dan lembab, pigmen kuning kecokelatan dan merah sangat umum dihabitat kering, dan pigmen akan berkurang di daerah beriklim dingin. Secara umum dapat dikatakan bahwa warna hanya dapat terlihat pada bagian-bagian yang terkena cahaya matahari.
Sesuai dengan kandungan pigmen-pigmen warna kromatophere pada ikan pada umumnya diklarifikasikan menjadi melanophore (cokelat atau hitam), eritrophore (merah), kantophore (kuning), iridophore (berkilau-kilauan), leucophore dan iridophore mengandung kristal-kristal kecil dimana dapat berpindah ke belakang dan ke muka dalam sitoplasma, kemudian menjadi kristal-kristal besar yang tak mampu berpindah dan biasanya menumpuk dalam lapisan-lapisan (Fujii 1969, dalam Rustidja, 1996).

1.6. Proses Pewarnaan Tubuh Ikan
Menurut Evans, (1993), ketika kromatofor dari berbagai jenis saling tumpang tindih satu sama lain, maka campuran warna pigmen yang komponennya subtraktif dapt menjelaskan fenomena warna makroskopis. Hal ini dianggap seperti percampuran cat, ketika sel-sel yang berbeda warna ditempatkan berdampingan : warna-warna yang dihasilkan merupakan campuran warna aditif. Seperti tercetaknya warna tubuh ikan yang terluar. Warna tubuh dari beberapa ikan merupakan hasil dari integrasi efek tersebut.
Menurut Rahardjo dkk (1989), kromatofor terdapat di dalam lapisan dermis pada kulit atau dibawah sisik. Sel ini mempunyai butir-butir pigmen yang merupakan sumber warna sesungguhnya. Butir pigmen ini dapat menyebar ke seluruh sel atau mengumpul pada satu titik. Pergerakan inilah yang menyebabkan perubahan warna pada ikan. Jika butir-butir pigmen mengumpul pada suatu titik maka warna yang dihasilkan secara keseluruahan nampaknya pucat. Sedangkan jika butir warna menyebar, maka warna akan terlihat jelas, tergantung pada butir pigmen warna tersebut.
Perubahan warna yang terjadi karena hewan mempunyai kromatofor pada kulitnya. Kromatofor adalah sel yang mengandung pigmen. Dibawah kendali endoktrin, kromatofor dapat mengubah penyebaran pigmen pada sel pigmen (terkumpul atau tersebar) dalam ukuran menit atau detik (Isnaeni, 2006).

1.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Warna
Menurut Rahardjo (1989), pemiripan warna secara umum antara ikan dengan latar belakangnya merupakan karakteristik dasar ikan untuk memiripkan tayangan dan corak habitat dimana mereka tinggal. Perubahan warna sering juga terjadi berhubungan dengan musim, dengan siang dan malam hari dan sering berhubungan dengan kondisi dihabitatnya. Satu bentuk dari pemiripan warna berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh atau struktur tubuh.
Hewan yang bergerombol dan berkumpul memiliki prinsip yang sema dengan penglihatannya satu sama lain, beberapa dari hewan tersebut berkomunikasi dengan sinyal penglihatan seperti pada ikan tuna. Beberapa hewan mengalami pekembangan seksual yang berbeda terhadap warna dan sering berubah warna selama masa perkawinan, mungkin ini adalah salah satu cara berkomunikasi (Royce, 1972).
Sel-sel pigmen (khromatofore) pada dermis memiliki kemampuan berubah untuk menyesuaikan dengan lingkungannya, aktifitas seksual atau keran penyakit. Kemampuan ini juga didinduksi oleh modul yang terkontrol melalui kemampuan absortif dan refliktif dari khromatofora (Irianro, 2005).



2. METODOLOGI

2.1. Prosedur Kerja
2.1.1. Fototaksis


 Disiapkan
 Ditutup dengan plastik gelap
 Diisi air ¾ bagian dan diberi aerasi



 Dimasukkan dalam aquarium
 Ditunggu sampai keadaan gelap
 Diberi biasan cahaya
 Diamati tingkah laku
 Ditentukan jenis tingkah laku


2.1.2. Pewarnaan Tubuh

 Disiapkan
 Diisi air ¾ bagian

 Dimasukan dalam toples
 Diadaptasikan selama 15 menit
 Dicatat warna tubuh awal
 Diberi aerasi
 Ditutup plastik dengan perlakuan
Kelompok : 1 dan 2 = Hitam
3 dan 4 = Merah
5 dan 6 = Biru
7 dan 8 = Kuning
 Dibiarkan selama 24 jam
 Dicatat perubahan warnanya (difoto)
 Dicatat waktu saat kembali normal
 Diamati warna
2.2. Alat dan Bahan
2.2.1. Fungsi Alat
2.2.1.1. Fototaksis
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan fototaksis adalah sebagai berikut:
 Aquarium : digunakan sebagai alat bantu untuk mempermudah pengamatan fototaksis.
 Senter : digunakan sebagai sumber cahaya
 Nampan : digunakan untuk menutup bagian atas aquarium
 Selang aeras : digunakan untuk menyalurkan udara ke aquarium
 Batu aerasi : digunakan untuk memberi beban pada selang aerasi dan mempermudah difusi udara dalam air.

2.2.1.2. Pewarnaan Tubuh
Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan pewarnaan tubuh adalah sebagai berikut:
 Toples 2 L : digunakan sebagai alat bantu untuk mempermudah pengamatan pewarnaan tubuh
 Aerator : digunakan sebagai alat bantu untuk memasukan atau menyalurkan udara ke dalam aquarium
 Selang aerasi : digunakan untuk menyalurkan udara ke aquarium
 Batu aerasi :digunakan untuk memberi beban pada selang aerasi dan mempermudah difusi udara dalam air.
 Kamera digital :digunakan sebagai dokumentasi untuk menganalisis perubahan warna ikan.


2.2.2. Fungsi Bahan
2.2.2.1. Fototaksis
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum fototaksis adalah sebagai berikut:
 Ikan Mas (Ciprinus carpio) : Sebagai obyek yang diamati
 Black Ghost (Apteronotus albifron) : Sebagai obyek yang diamati
 Nila (Oreochromis niloticus) : Sebagai obyek yang diamati
 Sepat siam (Trichogaster pectoralis) : Sebagai obyek yang diamati
 Udang galah (Macrobrachium rossenbergii) : Sebagai obyek yang diamati
 Manfish (Pterophillum scalarae) : Sebagai obyek yang diamati
 Plastik hitam : digunakan untuk menutupi aquarium
 Air tawar : digunakan sebagai media hidup ikan
 Kertas label :untuk memberi tanda dan nama kelompok agar tidak tertukar dengan kelompok lain.

2.2.2.2. Pewarnaan Tubuh
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pewarnaan tubuh adalah sebagai berikut:
 Sepat siam (Trichogastes pectoralis) : Sebagai obyek yang diamati
 Air tawar : sebagai media hidup ikan
 Karet gelang : untuk mengikat plastik pada toples
 Pastik warna hitam, biru, merah, kuning : untuk membungkus toples
 Kertas label : untuk memberi tanda dan nama kelompok agar tidak tertukar dengan kelompok lain.

4.PEMBAHASAN

4.1. Analisa Prosedur
4.1.1. Fototaksis
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air materi Fototaksis, langkah pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat serta bahan .Adapun alat yang digunakan dan fungsinya yaitu aquarium sebagai wadah obyek yang akan diamati, aerator sebagai pemberi tambahan udara di dalam aquarium, senter sebagai sumber cahaya saat pengamatan dan seser yang digunakan untuk mengambil ikan dari wadah pertama. Adapun bahan yang dipakai adalah air sebagai media obyek yang diamati , Ikan Mas (Ciprinus carpio), Black Ghost (Apteronotus albifron), Nila (Oreochromis niloticus), Sepat siam (Trichogaster pectoralis), Udang galah (Macrobrachium rossenbergil), Manfish (Pterophillum scalarae) sebagai obyek yang akan diamati fototaksisnya,kresek warna hitam digunakan untuk menutup aquarium dan mengkondisikan agar akuarium gelap serta selotip untuk untuk melekatkan kresek warna hitam pada aquarium, kertas label untuk memberi tanda pada aquarium.
Langkah selanjutnya yaitu 6 buah aquarium ukuran 30 x 30 cm disiapkan lalu di isi air ¾ akuarium,tujuannya adalah saat diisi ikan,air tidak tumpah selain itu memberi ruang oksigen bagi ikan untuk bernapas kemudian dipasang aerator untuk penambahan udara ke dalam perairan. Selanjutnya pada masing-masing akuarium diisi Ikan Mas (Ciprinus carpio), Black Ghost (Apteronotus albifron), Nila (Oreochromis niloticus), Sepat siam (Trichogaster pectoralis), Udang galah (Macrobrachium rossenbergil), Manfish (Pterophillum scalarae).Tujuan dibedakannya adalah untuk mendapatkan perbandingan tingkah laku ikan yang diberi perlakuan cahaya.Setelah itu,permukaan seluruh akuarium ditutup menggunakan kresek hitam yang direkatkan dengan bantuan selotip dan dibiarkan hingga keadaan gelap,tujuan dari penggunaan warna gelap ini adalah agar tidak ada cahaya yang dapat masuk selain itu pengamatan dilakukan pada malam hari dan tanpa sinar lampu tujuannya untuk mengkondisikan akuarium tanpa cahaya . Setelah aquarium ditutup, kemudian pada bagian pinggirnya diberi sedikit lubang untuk mengintip dan juga sebagai tempat masuknya cahaya.dipasang aerator untuk penambahan udara ke dalam perairan selanjutnya diberi tanda atau nama untuk setiap aquarium dengan kertas label.Kemudian diberi cahaya pada salah satu lubang dan diamati tingkah laku ikan pada lubang yang lainnya, apakah ikan yang diamati mendekati atau menjauhi sumber cahaya. Jika ikan mendekati sumber cahaya maka dinyatakan sebagai fototaksis positif dan jika menjauhi maka dinyatakan sebagai fototaksis negatif.
4.1.2. Pewarnaan Tubuh
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air materi pewarnaan tubuh pada ikan, disiapkan alat dan bahannya,yaitu toples 2 buah berukuran 2 liter sebagai media objek yang diamati, stopwatch untuk menghitung waktu pada saat warna tubuh ikan saat kembali seperti semula, aerator sebagai penambah suplai oksigen, kamera untuk memotret perubahan warna pada tubuh ikan, dan dan juga seser untuk mengambil ikan dari aquarium. Selanjutnya disiapkan bahan yang digunakan yaitu ikan Sepat siam (Trichogastes pectoralis), sebagai obyek yang diamati perubahan warnanya. adalah karet untuk menutup plastik pada kaca agar tidak lepas,plastik merah,biru,kuning,hijau dan hitam yang masing-masing berfungsi untuk mengkondisikan warna lingkungan pada ikan ,kertas label sebagai penanda toples dan karet gelang yang digunakan untuk mengikat plastik
Langkah selanjutnya yaitu toples 2 buah berukuran 2 liter diisi air ¾ bagian,tujuan dari penggunaan toples adalah karena memiliki kaca cembung, sehingga mempermudah pengamatan selain itu memberi ruang oksigen bagi ikan untuk bernapas, kemudian diambil dua ekor ikan Sepat siam (Trichogaster pectoralis) dan kemudian dimasukkan ke dalam toples,alasan digunakannya ikan ini karena ikan ini memiliki pigmen guanophore (sel bening) yang dapat memendarkan cahaya ,kemudian ikan diadaptasikan selama 15 menit, tujuannya agar ikan tidak stress dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Selagi menunggu proses adaptasi, dicatat warna awal tubuh ikan, serta di foto sehingga didapatkan perbandingan ikan yang diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan dan diberi aerasi agar ikan dapat bertahan hidup. Selanjutnya 1 toples ditutup dengan plastik berwarna, untuk kelompok 4, menggunakan warna merah. Tujuan dari penggunaan warna yang berbeda untuk setiap kelompok adalah untuk pembanding,warna yang manakah yang lebih cepat diserap ikan. Setelah toples dibungkus dengan plastik warna, kemudian diberi tanda dengan kertas label. Sedangkan untuk toples yang satunya tidak dibungkus karena digunakan sebagai pembanding. Kemudian dua toples tersebut dibiarkan selama 24 jam. 24 jam diasumsikan bahwa proses penyerapan warna telah berlangsung secara optimal.Setelah 24 jam, plastik dibuka dan dilihat perubahan warna yang terjadi ,jangan lupa dicatat dan difoto, serta ditunggu sampai warna pada tubuh ikan kembali seperti semula sebagai t0 dan t1 dan dibandingkan perubahan terhadap ikan yang tidak diberi perlakuan dan di dapat hasilnya.

4.2. Analisa Hasil
4.2.1. Fototaksis
Berdasarkan praktikum fisiologi hewan air materi fototaksis diperoleh hasil bahwa:kelompok 1 dan 3 , ikan Nila (Oreochromis noloticus) dan Ikan Mas (Ciprinus carpio) merupakan fototaksis positif, Udang galah (Macrobrachium prossenbergii) Manfish (Pterophillum scalarae), Black Ghost (Apteronotus albifron) , serta ikan Sepat siam (Trichogastes pectoralis) fototaksis negatif.Pada kelompok 2 dan 8 didapatkan pengamatan yang sama yaitu ikan Nila (Oreochromis noloticus) , Ikan Mas (Ciprynus carpio) dan ikan Sepat siam (Trichogaster pectoralis) merupakan fototaksis positif, Udang galah (Macrobrachium rossenbergii) Manfish (Pterophillum scalarae), Black Ghost (Apteronotus albifron) merupakan fototaksis negatif .Pada kelompok 4 dan 5 didapatkan data pengamatan yang sama yaitu , ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan fototaksis positif sedangkan ikan lain merupakan ikan fototaksis negatif.Pada kelompok 6 dan 7 ada sedikit perbedaan hasil pengamatan yaitu pada pada kelompok 6 ikan Black Ghost (Apteronotus albifron) merupakan fototaksis positif ,pada kelompok 7 ikan Mas (Ciprinus carpio) merupakan fototaksis positif.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut ,dapat disimpulkan bahwa ikan yang hasil pengamatannya adalah ikan berfototaksis positif habitat hidupnya berada di permukaan atas air yang memerlukan cahaya sedangkan ikan yang berfototaksis negatif hidupnya berada di bawah sinar matahari dan menjauhi sinar matahari.
Menurut Putri (2009), Aktivitas ikan ini lebih banyak dilakukan di malam hari (nokturnal), sehingga pada siang hari ikan ini lebih suka bersembunyi di bebatuan, daun-daun, akar tanaman, atau benda lainnya di dasar sungai.
Bila dibandingkan dengan pengamatan kelompok 6 yang hasil pengamatannya adalah positif,terdapat hasil pengamatan yang tidak valid karena seharusnya ikan ini fototaksis negative bila dilihat dari aktivitas keseharian ikan ini.
Pada Ikan mas (Ciprinus carpio),didapatkan 2 hasil pengamatan yaitu fototaksis positif dan negatif.Menurut Khairuman dan Khairul ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras ,seperti di pinggiran sungai atau danau .Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter diatas permukaan air laut(dpl).Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan ikan mas menyukai tempat yang tidak terlalu dalam yang jangkauan intensitas cahaya matahari cukup banyak artinya ikan ini berfototaksis positif.
Pada udang galah (Macrobrachium prossenbergii),pengamatan menghasilkan fototaksis negatif ,hal ini sesuai dengan pernyataan Khairuman dan Khairul (2006) ,seperti udang pada umumnya ,udang galah juga bersifat nocturnal atau aktif beraktivitas di malam hari .Pada siang hari,udang galah terlihat malas bergerak dan tidak tahan terhadap sinar matahari.Karena itu,udang galah banyak ditemukan di tepi perairan yang teduh dan tidak terkena matahari secara langsung.Jadi dapat disimpulkan ikan ini berfototaksis negatif.
Pada pengamatan ikan Nila (Oreochromis noloticus),pengamatan menghasilkan fototaksis positif ,hal ini sesuai dengan pernyataan Wibowo (2009), Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Sehingga ia bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu hidup pada suhu 14 – 38 derajat celcius. Dengan suhu terbaik adalah 25 – 30 derajat.Dapat disimpulkan ikan nila menyukai habitat yang cukup hangat dan tentu saja perairan yang hangat juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan.
Pada ikan sepat siam ((Trichogastes pectoralis) terdapat perbedaan hasil pengamatan,berdasarkan pengamatan kelompok 2,7,8 ikan ini termasuk fototaksis positif,Menurut Alam (2008), Seperti umumnya sepat, ikan ini menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air. Juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam-kolam serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah.
Pada pengamatan ikan manfish (Pterophillum scalarae),ikan ini diamati bersifat fototaksis negatif,hal ini sesuai dengan pernyataan Muawin (2007) bahwa Secara alami Manvis hidup diperairan yang tenang dan banyak tanamannya. Oleh karena itu bila Manvis dipelihara didalam akuarium yang terlalu terang dan banyak ikannya, kelihatan gelisah.Jadi dapat disimpulkan ikan ini tidak menyukai perairan terang.

4.2.2. Pewarnaan Tubuh Ikan
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air dengan materi pewarnaan tubuh ikan, Pengamatan dilakukan dengan menggunakan ikan Sepat siam (Trichogastes pectoralis), karena ikan Sepat siam (Trichogastes pectoralis) mudah menyerap warna dari lingkungan di sekitarnya.Pada kelompok 1 dan 2 yang dibungkus plastik hitam warna awal tubuh ikan badan putih kekuningan ,warna sirip ventral ventral dan dorsal kuning,setelah diberi perlakuan selama 24 jam badan ikan menjadi hitam,terdapat garis-garis vertikal ,ventral dan dorsal berwarna hitam kekuningan.Begitu pula pada kelompok 4 dan kelompok lainnya,pada kelompok 4 yang menggunakan plastik merah,warna awalnya silver keunguan ,ada spot hitam.Setelah diberi perlakuan 24 jam ikan menjadi berwarna kemerah-merahan ,spot sedikit kemerahan.Waktu pengembalian kelompok 4 dari t0 pada 07.30 dan t1 pada 07.53 yaitu 23 menit.Ini adalah waktu terlama pengembalian warna bila dibandingkan dengan kelompok 3 yang sama-sama menggunakan plastik merah yang hanya 5 menit.Namun dibandingkan dengan kelompok lain,kelompok yang menggunkan hitam memiliki waktu pengembalian warna yang tercepat yaitu 1 menit dan kelompok yang menggunakan plastik merah waktu pengembalian warna merupakan waktu pengembalian terlama.
Menurut Ria (2008), bahwa penyebab warna ikan disebabkan oleh schomatophore (Karena konfigurasi fisik) dan Biochrome (Pigmen pembawa) sedangkan menurut Mustofa (2010),mekanisme pergerakan butiran pigmen ikan dikendalikan oleh hormon tertentu sebagai akibat reaksi terhadap kondisi lingkungan ikan yang bersangkutan.
Pada pengamatan ,warna merah plastik menghasilkan waktu pengembalian terlama,ini terkait dengan pernyataan Sugito (2005),
Tabel 2 Aproksimasi jangkauan panjang gelombang berbagai warna dalam spektrum cahaya tampak
Warna Aproksima Jangkauan Panjang gelombang
Nm A
Ungu
Biru
Hijau
Kuning
Jingga
Merah 380-450
450-490
490-560
560-590
590-630
630-760 3800-4500
4500-4900
4900-5600
5600-5900
5900-6300
6300-7600

Hasil Pengamatan :

3.2 Gambar Hasil Pengamatan

A.Sebelum diberi perlakuan
B.Setelah Diberi perlakuan
Keterangan :
A.Sebelum diberi perlakuan:bintik spot hitam,tubuh biru keunguna,sirip dorsal keabu-abuan
B.Setalh diberi Perlakuan :Warna kemerahan,spot meudar,dorsal sedikit kemerahan.


Analisa Grafik


Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa selisih waktu pengamatan yang tertinggi diperoleh pada kelompok 4 dengan waktu 23 menit, sedangkan waktu terendah diperoleh pada kelompok 1 dan 2 dengan selisih waktunya adalah 1 menit.

4.3. Faktor Koreksi
Dalam praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai fototaksis dan pewarnaan tubuh, terdapat beberapa faktor koreksi sebagai berikut:
• Kurang telitinya praktikan dalam pengamatan perubahan warna sehingga ada pengamatan yang haslnya tidak valid
• Kurangnya sikap hati-hati praktikan sehingga banyak ikan dan udang
• Kurangnya persiapan,sehingga Aerator yang digunakan dalam pengamatan kurang
• Manfish yang digunakan dalam pengamatan fototaksis ada yang mati. Sehingga pengamatannya tidak bisa dengan sempurna.
• Beberapa spesies ikan ada yang stress dan sakit, sehingga tidak terlalu peka terhadap cahaya yang digunakan dalam fototaksis.
4.4. Manfaat di Bidang Perikanan
Dalam Praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai Fototaksis dan Pewarnaan Tubuh Ikan, mempunyai manfaat sebagai berikut:
• Dapat mengetahui tingkah laku,ciri dan spesies ikan yang tergolong fototaksis positif dan negatif
• Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan warna ikan
• Dapat mengetahui mana saja ikan yang termasuk fototaksis positif dan fototaksis negatif
• Dapat membantu pencarian ika dengan menggunakan ikan.



5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dalam praktikum Fisiologi Hewan Air bab Pewarnaan dan Fototaksis, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
• Fototaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan oleh rangsangan yang berupa cahaya.
• Pewarnaan pada tubuh ikan dibagi yaitu kamuflase,menjual diri dan mimikri
• Fototaksis dibagi menjadi dua macam, yaitu fototaksis positif dan fototaksis negatif.Fototaksis positif merupakan gerak yang mendekati cahaya, sedangkan fototaksis negatif merupakan gerak taksis yang menjauhi cahaya.
• Terdapat dua fotoreseptor yaitu core (sel kerucut) dan rod (sel batang).
• Zat warna pada ikan ada duayaitu skemachrom (dari lingkungan) serta biochrom (koefisien warna alami).Zat warna yang terdapat boichrom adalah guanofor dan kromatofor, serta terdapat subwarna lain, yaitu melanofor, eritrofor, dan xanfofor.
• Faktor yang mempengaruhi pewarnaan ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal meliputi kondisi fisiologis ikan, jenis kelamin, kondisi pigmen, serta kematangan genad.Faktor eksternal meliputi habitat, makanan, usia, serta aktivitas ikan.
• Dari data pengamatan dapat diketahui bahwa, ikan Nila (Oreochromis noloticus) merupakan ikan yang berfototaksis positif,Ikan Mas (Ciprinus carpio) juga merupakan fototaksis positif.,ikan sepat siam(Trichogastes pectoralis) berdasarkan pengamatan kelompok 2,7,8 ikan ini termasuk fototaksis positif,ikan manfish (Pterophillum scalarae) termasuk fototaksis negatif,Ikan blackghost (Apteronotus albifron)juga fototaksis negatif kecuali pada pengamatan kelompok 6, jenis fototaksi negatif, Udang galah (Macrobrachium prossenbergii ) juga fototaksis negatif
• Dalam proses pewarnaan tub uh, pada kelompok 4 didapatkan perubahan warna : spot menjadi sedikit kemerahan,permukaan tubuh menjadi kemerahan,sirip dorsal abu kemerahan.

5.2. Saran
Dalam praktikum Fisiologi Hewan Air bab Pewarnaan dan Fototaksis ada alat yang ketika praktikum kurang,sehingga harapannya kedepan praktikan lebih siap sebelum praktikum sehingga alat dan bahan ataupun bahan lainnya ketika praktikum tidak kurang .


DAFTAR PUSTAKA

Adi Sendjaja, Yusuf Hilmi. 2003. Warna dan Maknanya dan Kehidupan. http : //file.upi.ed/directori/0%20%20% FMIP/JUR% 20 PEND% 20 Biologi/Warna% 20 dan % maknanya % 20% dalam % 20 kehidupan.pdf.
Agusindra.2010.Pewarnaan Tubuh Ikan.http://surgaku.com/tao/biologi/page/4/.Diakses pada tanggal 04 november 2010 pukul 18.00 WIB.
Albawayka,2009.Fototaksis.http://nopiblogspot.blogspot.com/2009/01/fototropik.html.Diakses pada tanggal 04 november 2010 pukul 19.00 WIB
Alam,shah.2008.Budidaya Ikan Sepat.http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/27/ikan-sepat-rawa.Diakses pada tanggal 04 november 2010 pukul 11.00 WIB
Evans, David N. 1993. Fisiologi Kedokteran. University of California : San Fransisco.
Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan dan Teleostel. Gadjah Mada University Press : Jogjakarta.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius : Jogjakarta
Khairuman dan Khairul.2006.Budidaya Ikan mas.Agromedia pustaka:Jakarta
.2006 .Budidaya Udang Galah.Agromedia pustaka:Jakarta
Makwin. 2010. Fiswan Fototaksis laporan 4. http:// laporan-perikanan.blogspot.com/2010/03/ fiswan-fototaksis-laporan.4.html. diakses pada tanggal 23 Oktober 2010 pukul 21.15 WIB.
Muawin.Heru A.2007.Budidaya Ikan Manvis.http://herumuawin.blogspot.com.Diakses pada tanggal 04 november 20101 pukul 17.00 WIB
Mustofa,Muhammad et al 2010.Pigmentasi warna.http://www.bp2 munes.com.Diakses pada tanggal 28 oktober 20101 pukul 12.00 WIB.
Putri,ahira.2009.Budidaya ikan blackghost.http://ikan-ikan-hias.blogspot.com/2009/05/budidaya-ikan-blackghost-html.
Rahardja, M.F, Djaja, Ridwan, Sulistiona. 1989. Biologi Ikan. Institut Pertanian Bogor : Bandung
Ria,2009.Pewarnaan.http://ria17.wordpress.com/2009/05/17/sistem-intergumen/diakses pada tanggal 28 oktober 2010 pukul 19.00 WIB
Royce, William F. 1972. Introduction to the Fishery Sciences. University of washington : Washington.
Rustiadja. 1996. Masculinisasi Ikan Nila.Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya : Malang.
,1996. Pola Warna dan Genetika Ikan Nila. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya : Malang.
Sucitra, Muhammad. 2010. Penangkapan Ikan. http://www.damanduri.or.id/file/ Muhammad Sulaiman p.bab 2.pdf. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2010 pukul 20.15WIB.
Sugito,heri.et.al.2005.Pengukuran Panjang gelombang sumber cahaya berdasarkan pola interferensi celah banyak.http://eprints.undip/ac/id/pdf.Diakses pada tanggal 30 oktober 20101 pukul 06.00 WIB.
Sukardi Purnama.dkk.2007.Aplikasi Fungsi cobb-douglas untuk pendugaan produktivitas ‘bagan tancap’ Di perairan kabupaten Batang,Jawa Tengah.http://isjd.pdii/lipi/go.id/admin/jurnal/62076770.pdf.Diakses pada 29 oktober 2010 pukul 14.00 WIB.
Svendsen, Per Anthony M. Carter. 1984. An Introduction to Animal Phisiology.MTP Press Limited : USA
Villee, Claude A, Weren F, Robert D Barner, 1964. Zoologi Umum. Erlangga : Jakarta.
Wibowo.2009.Budidaya ikan nila.http://pemancing.com/tag/budidaya ikan-nila.Diakses pada tanggl 29 oktober 2010 pukul 12.00 WIB

2 komentar:

  1. Bonus Casino Online Spesial Dari Agen Judi Online Bolavita !
    Bonus 100% Bila Menang Beruntun 8x, 9x, 10x

    Tersedia Banyak Provider Yang Lengkap !
    » SBOBET 338a
    » SA Gaming
    » Sexy Gaming
    » Fun BET
    » Asia Bet
    » E-Bet
    » WM Casino

    Promo Spesial :
    • Bonus Deposit Pertama 10%
    • Bonus Deposit Harian 5%
    • Bonus Rollingan 0.8%
    • Bonus Referral 7% + 2%

    Daftar & Klaim Bonusnya Sekarang Juga !
    Tersedia Deposit & Withdraw Via : OVO, Gopay, Dana, Linkaja, Sakuku, Pulsa Dan Semua Jenis Rekening Bank Di Indonesia !

    Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :

    » Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
    » ID Telegram : @bolavitacc
    » ID Wechat : Bolavita
    » ID Line : cs_bolavita

    BalasHapus
  2. artikel sangat membantu trima kasih sudah meluangkan waktu berbagi ilmunya

    BalasHapus